Minggu, 04 Maret 2012

Bersiap-siap Menghadapi Perang Dunia III, Sasarannya Iran



Oleh: Michel Chossudovsky



Kemanusiaan berada di persimpangan jalan yang berbahaya. Persiapan perang untuk menyerang Iran berada dalam "keadaan siap-siaga". Sistem Hi-tech termasuk senjata berhulu ledak nuklir dikerahkan sepenuhnya.

 Petualangan militer ini telah digambarkan Pentagon sejak pertengahan tahun 1990-an. Menurut dokumen rahasia 1995 Komando Sentral Amerika Serikat, pertama Irak, berikutnya Iran.

 Eskalasi merupakan bagian daripada agenda militer. Sementara Iran adalah target berikutnya bersama-sama dengan Suriah dan Lebanon, penyebaran militer strategis ini juga mengancam Korea Utara, Cina dan Rusia.

Sejak tahun 2005, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk mitra Amerika, NATO dan Israel, telah terlibat dalam penyebaran luas dan penimbunan sistem senjata mutakhir. Sistem pertahanan udara Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO serta Israel sepenuhnya terintegrasi.

Ini merupakan sebuah upaya terkoordinasi Pentagon, NATO, Israel Defense Force (IDF), dengan keterlibatan militer aktif dari beberapa negara mitra non-NATO termasuk negara-negara Arab garis depan (members of NATO's Mediterranean Dialogue and the Istanbul Cooperation Initiative), antara lain Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, India, Indonesia, Singapura, Australia, (NATO terdiri dari 28 negara anggota NATO dan 21 negara-negara lainnya merupakan negara anggota Euro-Atlantic Partnership Council (EAPC), Dialog Mediterania dan Istanbul Cooperation Initiative termasuk sepuluh negara Arab ditambah Israel.)

Peran Mesir, negara-negara Teluk dan Arab Saudi (dalam aliansi militer yang luas) hubungannya khusus. Mesir mengontrol transit kapal perang dan kapal tanker minyak melalui Terusan Suez. Arab Saudi dan negara-negara Teluk menempati garis pantai Barat di Selatan Teluk Persia, Selat Hormuz dan Teluk Oman. Pada awal Juni, "Dilaporkan Mesir mengizinkan sebuah kapal Israel dan sebelas kapal Amerika Serikat melewati Terusan Suez  .... yang merupakan sinyal jelas kepada Iran ... Pada tanggal 12 Juni, sumber pers daerah melaporkan bahwa Saudi telah memberikan hak kepada Israel untuk terbang di atas wilayah udaranya ... " (Muriel Mirak Weissbach,  Israel’s Insane War on Iran Must Be Prevented., Global Research, July 31, 2010)

Doktrin militer setelah peristiwa serangan 9/11 berupa penyebaran besar-besaran perangkat keras militer yang dijelaskannya sebagai bagian dari apa yang disebut "Perang Global Melawan Terorisme", dengan sasaran organisasi teroris "non-negara"  termasuk al Qaeda dan apa yang disebut sebagai Negara sponsor "terorisme", termasuk Iran, Suriah, Libanon, Sudan.

The setting up of new US military bases, the stockpiling of advanced weapons systems including tactical nuclear weapons, etc. were implemented as part of the pre-emptive defensive military doctrine under the umbrella of the "Global War on Terrorism".

Amerika Serikat membangun pangkalan militer baru, menimbun sistem persenjataan canggih termasuk senjata nuklir taktis, dsb, sudah diimplementasikan sebagai bagian dari doktrin pertahanan militer pre-emptive di bawah payung "Perang Global Melawan Terorisme".

Perang dan Krisis Ekonomi

Implikasi lebih luas dari serangan Amerika Serikat-NATO-Israel terhadap Iran jauh jangkauannya. Perang dan krisis ekonomi sangat terkait erat. Ekonomi perang dibiayai oleh Wall Street, yang berdiri sebagai kreditur pemerintah Amerika Serikat. Produsen senjata Amerika Serikat adalah penerima kontrak pengadaan sistem senjata mutakhir yang bernilai miliaran dolar dari Department Pertahanan Amerika Serikat dengan. Pada gilirannya, "pertempuran untuk minyak" di Timur Tengah dan Asia Tengah secara langsung melayani kepentingan raksasa minyak Anglo-Amerika.

Amerika Serikat dan sekutunya "memukul genderang perang" di puncak depresi ekonomi di seluruh dunia, belum lagi bencana lingkungan paling serius dalam sejarah Dunia. Dalam memutar-balikkan malapetaka yang menyedihkan salah satu pemain utama (BP) dalam permainan geopolitik Timur Tengah - Asia Tengah, yang sebelumnya dikenal sebagai Anglo-Persian Oil Company, adalah penghasut bencana ekologis di Teluk Meksiko.

Media Disinformation

Opini publik dipengaruhi oleh agitasi media yang secara diam-diam mendukung, acuh tak acuh atau berpura-pura bodoh mengenai dampak yang mungkin terjadi, dari apa yang terus-menerus dipropagandakan sebagai sebuah operasi "hukuman" yang khusus diarahkan terhadap fasilitas nuklir Iran, sebaliknya tidak memberitakan sebuah peperangan yang bersifat habis-habisan, termasuk persiapan perang serta penyebaran senjata nuklir yang diprodukasi Amerika Serikat dan Israel. Dalam konteks ini, konsekuensi yang menghancurkan dari perang nuklir apakah memang sengaja tidak disebutkan atau disepelekan.

Menurut media dan pemerintah “krisis nyata" yang sebenarnya mengancam kemanusiaan bukan perang nuklir akan tetapi pemanasan global. Media akan membuat rekayasa krisis walaupun sebenarnya tidak ada krisis: "menakut-nakuti dunia" – dengan pandemi global H1N1 - tapi tidak seorang pun tampak takut terhadap perang nuklir yang disponsori Amerika Serikat.

Rencana perang terhadap Iran disajikan untuk opini publik antara lain sebagai sebuah isu. Hal ini tidak dipandang sebagai sebuah ancaman atas "Tanah Air" seperti dalam kasus pemanasan global. Perang terhadap Iran bukan berita yang pantas dimuat di halaman depan. Fakta bahwa serangan terhadap Iran bisa menimbulkan eskalasi dan berpotensi memicu "perang global" yang tidak terkendali bukanlah masalah yang menjadi perhatian.

Klenik Pembunuhan dan Pembinasaan

Mesin membunuh global juga menyokong klenik yang merupakan bagian penting dalam pembunuhan dan pembinasaan yang disebarkan melalui film-film Hollywood, belum lagi Radio dan TV, perang dan kejahatan serial TV di jaringan televisi. Ilmu klenik pembunuh ini didukung oleh CIA dan Pentagon yang juga mendukung produksi (keuangan) Hollywood sebagai alat propaganda perang.

"Mantan agen CIA Bob Baer mengatakan kepada kami," Ada simbiosis antara CIA dan Hollywood "dan mengungkapkan bahwa mantan direktur CIA, George Tenet sekarang ini," keluar-masuk Hollywood, berbicara dengan orang-orang studio. " (Matthew Alford and Robbie Graham, Lights, Camera… Covert Action: The Deep Politics of Hollywood, Global Research, January 31, 2009)

Mesin pembunuh ini disebarkan pada tingkat global, dalam kerangka struktur komando tempur terpadu. Hal ini secara rutin dikuatkan oleh instansi pemerintah, pemilik media dan birokrat serta intelektual dari the New World Order dan think-tank di Washington serta lembaga penelitian studi strategis sebagai sebuah instrumen yang tidak diragukan lagi dari perdamaian dan kemakmuran global.

Budaya pembunuhan dan kekerasan telah menjadi bagian penting dalam kesadaran manusia.

Perang secara luas diterima sebagai bagian dari proses sosial: Tanah air harus "dibela" dan dilindungi.

"Kekerasan yang dilegitimasi" dan pembunuhan di luar hukum yang ditujukan kepada "teroris" dijunjung tinggi dalam demokrasi barat, sebagai instrumen penting dari keamanan nasional.

A "humanitarian war" is upheld by the so-called international community. It is not condemned as a criminal act. Its main architects are rewarded for their contributions to world peace.

Sebuah "perang kemanusiaan" ditegakkan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai masyarakat internasional. Namun hal ini tidak dikutuk sebagai tindak pidana. Arsitek utamanya dihargai atas kontribusi mereka bagi perdamaian dunia.

Sehubungan dengan Iran, apa yang diungkapkan adalah legitimasi langsung perang atas nama suatu gagasan ilusi keamanan global.

Sebuah "Pre-emptive" berupa serangan udara yang ditujukan terhadap Iran akan mengakibatkan Eskalasi perang.

Saat ini secara terpisah terdapat tiga medan perang Timur Tengah - Asia Tengah: Irak, Afghanistan-Pakistan dan Palestina.

Dimana Iran menjadi objek serangan udara "pre-emptive" oleh pasukan sekutu, maka seluruh kawasan, dari Mediterania Timur ke perbatasan barat Cina dengan Afghanistan dan Pakistan, akan bergejolak, yang secara potensial akan menggiring kita kepada sebuah skenario Perang Dunia III.

Perang juga akan meluas ke Lebanon dan Suriah.

Hal ini sangat tidak mungkin bahwa pemboman, jika mereka laksanakan, hanya akan membatasi terhadap fasilitas nuklir Iran sebagaimana pernyataan resmi yang diklaim oleh Amerika Serikat-NATO. Apa yang lebih mungkin adalah sebuah serangan udara habis-habisan, baik terhadap infrastruktur militer maupun sipil termasuk sistem transportasi, pabrik, gedung-gedung publik.


wwIIImiddleeast


Iran diperkirakan memiliki cadangan minyak dan gas sebesar sepuluh persen, menduduki peringkat ketiga setelah Saudi Arabia (25%) dan Irak (11%) dalam ukuran cadangannya. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki kurang dari 2,8% dari cadangan minyak dunia. Cadangan minyak Amerika Serikat diperkirakan kurang dari 20 milyar barel. Daerah yang lebih luas di Timur Tengah dan Asia Tengah memiliki cadangan minyak lebih dari tiga puluh kali yang dimiliki Amerika Serikat, yang mewakili lebih dari 60% dari total cadangan minyak dunia. (Lihat Waddell Eric, The Battle for Oil, Global Research, Desember 2004).

Signifikansinya adalah penemuan baru-baru ini di Iran mengenai cadangan kedua terbesar yang diketahui berupa gas alam di Soumar dan Halgan dan diperkirakan mencapai 12,4 triliun kubik kaki.

 Penargetan atas Iran unsur utamanya tidak hanya sekedar menyatakan kembali kontrol Anglo-Amerika atas minyak Iran dan gas murah, termasuk juga rute pipa dan   menantang kehadiran pengaruh Cina serta Rusia di kawasan itu.


ww3map2


The planned attack on Iran is part of a coordinated global military road map. It is part of the Pentagon's "long war",  a profit driven war without borders, a project of World domination, a sequence of military operations.
 Serangan yang direncanakan terhadap Iran merupakan bagian dari peta jalan militer global yang terkoordinasi. Ini adalah bagian dari "perang yang berlangsung lama" Pentagon, perang yang didorong oleh keuntungan ekonomi tanpa batas, sebuah proyek dominasi Dunia, yang diwujudkan dalam rangkaian operasi militer.

Perencana militer Amerika Serikat-NATO telah memikirkan berbagai skenario eskalasi militer. Mereka juga menyadari akan implikasi geopolitiknya, yaitu bahwa perang bisa melampaui kawasan Timur Tengah - Asia Tengah. Termasuk dampak ekonomi di pasar minyak serta yang lain-lainnya juga telah dianalisis.

Sementara Iran, Suriah dan Libanon merupakan target langsung, Cina, Rusia, Korea Utara, belum lagi Venezuela dan Kuba juga merupakan tujuan yang di ancam oleh Amerika Serikat.

Taruhannya adalah struktur aliansi militer. Penyebaran militer Amerika Serikat-NATO-Israel termasuk latihan militer dan latihan yang dilakukan di perbatasan Rusia dan Cina segera membuahkan hubungan langsung dengan perang yang diusulkan terhadap Iran. Ancaman terselubung, termasuk pengaturan waktu mereka, merupakan suatu petunjuk yang jelas terhadap kekuasaan semasa era Perang Dingin untuk tidak campur tangan dalam cara apapun yang dapat mengganggu terhadap serangan yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Iran.

Peperangan Global

Tujuan strategis jangka menengah adalah untuk mentargetkan Iran dan menetralisir sekutu Iran, melalui diplomasi kapal perang - gunboat diplomacy. Tujuan militer jangka panjang adalah langsung menargetkan Cina dan Rusia.

Sementara Iran adalah target langsung, penyebaran militer tidak terbatas dilakukan ke Timur Tengah dan Asia Tengah. Agenda militer global telah dirumuskan.

Penggelaran pasukan koalisi dan sistem persenjataan maju oleh Amerika Serikat, NATO dan mitra-mitranya yang berlangsung secara bersamaan di seluruh wilayah utama Dunia.

Tindakan militer Amerika Serikat baru-baru ini di lepas pantai Korea Utara termasuk melakukan permainan perang-perangan adalah bagian dari desain global.

Diarahkan terutama terhadap Rusia dan Cina, Amerika Serikat, sekutu NATO dan latihan militer, latihan perang, penyebaran senjata, dll sedang dilakukan secara simultan di hotspot geopolitik utama.

-Semenanjung Korea, Laut Jepang, Selat Taiwan, Laut Cina Selatan mengancam Cina.

-Penggelaran rudal Patriot di Polandia, pusat peringatan dini di Republik Ceko mengancam Rusia.

-Penyebaran Angkatan Laut di Bulgaria, Rumania di Laut Hitam, mengancam Rusia.

- Penyebaran pasukan Amerika Serikat  dan NATO di Georgia.

- Penyebaran angkatan laut yang tangguh di Teluk Persia termasuk kapal selam Israel diarahkan terhadap Iran.

Serentak di Timur Mediterania, Laut Hitam, Karibia, Amerika Tengah dan wilayah Andean di Amerika Selatan adalah wilayah-wilayah yang sedang berlangsung militerisasi. Di Amerika Latin dan Karibia, ancaman diarahkan terhadap Venezuela dan Kuba.

“Bantuan Militer” Amerika Serikat

Pada gilirannya, senjata berskala besar telah ditransfer dilakukan di bawah bendera "bantuan militer" Amerika Serikat ke negara-negara yang terpilih, termasuk kesepakatan persenjataan sebesar 5 miliar dolar dengan India yang dimaksudkan  untuk membangun kemampuan militer India yang diarahkan terhadap Cina. (Huge U.S.-India Arms Deal To Contain China, Global Times, July 13, 2010).

"Penjualan senjata akan meningkatkan hubungan antara Washington dengan New Delhi, dan disengaja atau tidak, akan memiliki efek yang menahan terhadap pengaruh China di wilayah tersebut." Dikutip dalam Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010)

Amerika Serikat memiliki perjanjian kerjasama militer dengan sejumlah negara-negara Asia Tenggara, termasuk Singapura, Vietnam dan Indonesia, meliputi  "bantuan militer" serta partisipasi dalam latihan perang pimpinan Amerika di Pacific Rim (Juli-Agustus 2010). Perjanjian ini mendukung penyebaran senjata yang ditujukan terhadap Republik Rakyat Cina. (Lihat Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010).

Demikian pula dan lebih langsung berkaitan dengan serangan yang direncanakan terhadap Iran, Amerika Serikat mempersenjatai negara-negara Teluk (Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab) dengan rudal pencegat darat, Patriot Advanced Capability-3 dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) serta yang berpangkalan di laut yaitu pencegat Rudal Standar-3 yang terpasang pada kapal perang kelas Aegis di Teluk Persia. (Lihat Rozoff Rick, NATO’s Role In The Military Encirclement Of Iran, Global Research, February 10, 2010).

Jadwal Penimbunan dan Penyebaran Militer

Apa yang penting dalam hal transfer senjata Amerika Serikat ke negara-negara mitra dan sekutunya adalah pemilihan waktu saat pengiriman dan penyebarannya. Melancarkan operasi militer yang disponsori Amerika Serikat biasanya akan dilakukan setelah sistem persenjataan ini berada di tempat, dengan efektif dikerahkan  melalui pelaksanaan pelatihan personil. (India e.g).

Apa yang kita pahami adalah desain militer global yang teliti dan terkoordinasi yang dikontrol oleh Pentagon, melibatkan angkatan bersenjata gabungan lebih dari empat puluh negara. Ini merupakan penyebaran militer multinasional global, dan sejauh ini merupakan pertunjukkan terbesar sistem senjata mutakhir dalam sejarah Dunia.

Pada gilirannya, Amerika Serikat dan sekutunya telah mendirikan pangkalan militer baru di berbagai belahan dunia. "Permukaan Bumi Disusun sebagai sebuah Medan Perang yang Luas - The Surface of the Earth is Structured as a Wide Battlefield". (See Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007).

The Unified Command susunannya dibagi menjadi Combatant Command geografis berdasarkan pada strategi militerisasi tingkat global. "Militer Amerika Serikat memiliki pangkalan di 63 negara. Pangkalan militer baru telah dibangun sejak 11 September 2001 di tujuh negara. Secara total terdapat 255.065 personel militer Amerika Serikat yang ditempatkan di seluruh dunia." (Lihat Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007


unified-command_world-map1
Source: DefenseLINK-Unified Command Plan

Skenario Perang Dunia III

"Tanggung Jawab Wilayah Komandan Dunia" (Lihat peta di atas) mendefinisikan rancangan militer global Pentagon, yang merupakan salah satu penaklukan Dunia. Penyebaran militer ini terjadi di beberapa wilayah secara bersamaan di bawah koordinasi Komando regional Amerika Serikat, yang melibatkan penimbunan sistem persenjataan buatan Amerika Serikat oleh pasukan Amerika Serikat dan negara-negara mitra, beberapa di antaranya mantan musuh, termasuk Vietnam dan Jepang.

Keadaan sekarang ditandai dengan pembangunan militer global yang dikontrol oleh sebuah negara adidaya Dunia, yang menggunakan banyak sekutunya untuk memicu perang regional.

Sebaliknya, sewaktu terjadi Perang Dunia Kedua merupakan gabungan yang terpisah dari medan perang regional. Mengingat teknologi komunikasi dan sistem senjata tahun 1940-an, belum ada strategi yang koordinasi selama “waktu aktual proses berlangsung” dalam aksi militer  antara wilayah geografis yang luas.

Perang global didasarkan pada penyebaran terkoordinasi kekuatan militer tunggal dominan, yang mengawasi tindakan sekutu-sekutu dan mitranya.

Dengan pengecualian Hiroshima dan Nagasaki, Perang Dunia Kedua ditandai dengan penggunaan senjata konvensional. Perencanaan perang global bergantung pada militerisasi ruang angkasa. Apakah perang yang diarahkan terhadap Iran yang akan diluncurkan tidak hanya akan menggunakan senjata nuklir, tapi juga seluruh gamut baru sistem persenjataan canggih, termasuk senjata elektrometrik dan teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) akan digunakan.

Dewan Keamanan PBB

Dewan Keamanan PBB pada awal Juni mengadopsi putaran keempat sanksi sweeping terhadap Republik Islam Iran, termasuk embargo senjata yang diperluas dan juga "kontrol keuangan yang lebih ketat". Hal tersebut merupakan sebuah ironi yang pahit, karena resolusi ini disahkan oleh Dewan Keamanan PBB yang dalam beberapa hari sebelumnya secara tegas Dewan Keamanan PBB menolak untuk mengadopsi sebuah mosi yang mengutuk Israel atas serangannya terhadap Freedom Flotilla di Gaza, armada di perairan internasional.

Baik Cina maupun Rusia, ditekan oleh Amerika Serikat, yang telah mendukung sanksi DK PBB yang merugikan mereka. Keputusan mereka dalam DK PBB berkontribusi melemahkan aliansi militer mereka, yaitu organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), di mana Iran memiliki status pengamat. Resolusi Dewan Keamanan membekukan kerjasama militer bilateral masing-masing China dan Rusia dan perjanjian dagang dengan Iran. Hal ini berakibat serius pada sistem pertahanan udara Iran yang sebagian bergantung pada teknologi dan keahlian Rusia.

Resolusi Dewan Keamanan memberi "lampu hijau" secara de facto untuk melancarkan perang pre-emptive terhadap Iran.

Inquisi Amerika: Membangun Sebuah Konsensus Politik Untuk Perang

Secara serempak media Barat telah mencap Iran sebagai ancaman terhadap keamanan global mengingat dugaan (tidak ada) program senjata nuklir. Bergemanya pernyataan resmi, media kini menuntut pelaksanaan hukuman pemboman yang diarahkan terhadap Iran dalam rangka menjaga keamanan Israel.

Media Barat memukul genderang perang. Tujuannya adalah untuk menanamkan secara diam-diam, melalui pengulangan laporan media,  yang menurut kesadaran batin orang sampai memuakkan, karena semata-mata berdasarkan dugaan bahwa ancaman Iran adalah nyata dan bahwa Republik Islam harus "dihancurkan".

Dalam membangun sebuah konsensus proses untuk berperang mirip dengan inkuisisi Spanyol. Hal ini mengharuskan dan menuntut ketundukkan terhadap gagasan bahwa perang adalah usaha kemanusiaan.

Dikenal dan didokumentasikan, ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel, sekalipun demikian relitasnya dalam lingkungan inquisitorial adalah terbalik: para penghasut perang berkomitmen untuk perdamaian, para korban perang diperkenalkan sebagai tokoh utama perang. Padahal pada tahun 2006, hampir dua pertiga orang Amerika menentang tindakan militer terhadap Iran, baru-baru ini jajak pendapat Reuter-Zogby pada Februari 2010 menunjukkan bahwa 56% orang Amerika mendukung aksi militer Amerika Serikat-NATO terhadap Iran.

Membangun sebuah konsensus politik yang didasarkan pada sesuatu yang sama sekali bohong, bagaimanapun juga hanya mengandalkan posisi resmi mereka yang merupakan sumber kebohongan.

Gerakan anti-perang di Amerika Serikat, yang sebagian telah diinfiltrasi dan dikooptasi, berasumsi pada posisi yang lemah berkaitan dengan Iran. Gerakan antiperang terpecah. Penekanannya hanya terhadap perang yang telah terjadi (Afghanistan, Irak) daripada tegas menentang perang yang sedang dipersiapkan dan yang saat ini dirancang  Pentagon. Sejak pelantikan pemerintahan Obama, gerakan antiperang telah kehilangan beberapa daya pendorongnya.

Selain itu, mereka yang aktif menentang perang di Afghanistan dan Irak, tidak  menentang pelaksanaan "pemboman hukuman" yang diarahkan kepada Iran, juga tidak mengkategorikan pengeboman tersebut sebagai tindakan perang yang berpotensi bisa menjadi awal Perang Dunia III.

Skala protes anti-perang dalam kaitannya dengan Iran sangat minim dibandingkan dengan demonstrasi rakyat yang mendahului pemboman dan invasi Irak tahun 2003.

Ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel.

Operasi Iran tidak ditentang di arena diplomatik oleh Cina dan Rusia, mendapat dukungan dari pemerintah negara-negara Arab garis depan yang terintegrasikan ke dalam NATO yang disponsori dialog Mediterania. Hal ini juga mendapat dukungan diam-diam opini publik Barat.

Kami menyerukan kepada orang-orang di seluruh wilayah Amerika, Eropa Barat, Israel, Turki dan di seluruh dunia untuk bangkit menentang rencana militer, melawan pemerintah mereka yang mendukung tindakan militer terhadap Iran, terhadap media yang berfungsi untuk menutupi implikasi menghancurkan dari perang terhadap Iran.

Agenda militer mendukung keuntungan yang mendorong merusak sistem ekonomi global yang memiskinkan kawasan besar penduduk dunia.

Perang ini kegilaan belaka.

Perang Dunia III adalah terminal. Albert Einstein memahami bahaya perang nuklir dan kepunahan kehidupan di bumi, yang telah dimulai dengan kontaminasi radioaktif yang dihasilkan depleted uranium. "Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan dipertarungkan, tetapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan tongkat dan batu."

Media, kaum intelektual, para ilmuwan dan para politisi, serempak, mengaburkan kebenaran yang tidak diceriterakan, bahwa perang dengan menggunakan hulu ledak nuklir akan menghancurkan kemanusiaan, dan bahwa proses keaneka-ragaman  kerusakan yang secara bertahap telah dimulai.

Ketika kebohongan menjadi kebenaran maka tidak akan berbalik kembali.

Ketika perang ditegakkan sebagai upaya kemanusiaan, Keadilan dan seluruh sistem hukum internasional terbalik: maka pasifisme dan gerakan antiperang dianggap kriminal. Menentang perang menjadi tindak pidana.

Kebohongan harus disingkapkan untuk apa itu dan apa yang dilakukannya. Ini sanksi pembunuhan tanpa pandang bulu pria, wanita dan anak-anak.

Ia bisa menghancurkan keluarga dan masyarakat. Ia bisa menghancurkan komitmen masyarakat terhadap sesama manusia.

Perang mencegah orang untuk mengekspresikan solidaritasnya kepada mereka yang menderita. Menjunjung tinggi perang dan negara polisi hanya satu-satunya jalan.

Ia menghancurkan baik nasionalisme maupun internasionalisme.

Menghentikan kebohongan berarti menghentikan proyek kejahatan kehancuran global, di mana pencarian keuntungan yang merupakan kekuatan utamanya.

Keuntungan yang mendorong agenda militer ini akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan mengubah orang tidak sadar menjadi zombie.

Mari Kita Membalikkan Arus.

Menentang  penjahat perang yang berkedudukan tinggi dan termasuk kelompok pelobi yang kuat yang mendukung mereka.

Pecahkan inkuisisi Amerika.

Rusak usaha perang pembasmian militer Amerika Serikat-NATO-Israel.

Tutup pabrik-pabrik senjata dan pangkalan militer.

Bawa pulang pasukan.

Personel angkatan bersenjata harus menentang perintah dan menolak untuk berpartisipasi dalam perang kriminal.

Skenario Menuju Perang Dunia III? Peran Israel Dalam Memicu Serangan Atas Iran

Oleh: Michel Chossudovsky


Penimbunan dan penyebaran sistem senjata canggih yang diarahkan terhadap Iran dimulai sesudah pengeboman dan invasi kepada Irak tahun 2003. Sejak awal, rencana perang ini dipimpin oleh Amerika Serikat, dalam hubungannya dengan NATO dan Israel.

Setelah invasi Irak tahun 2003, pemerintahan Bush mengidentifikasi Iran dan Suriah sebagai tahapan berikutnya dari "peta jalan untuk perang". Sumber-sumber militer Amerika Serikat mengisyaratkan bahwa serangan udara terhadap Iran bisa melibatkan penyebaran yang berskala besar sebanding dengan "shock and awe" serangan bom Amerika Serikat di Irak pada Maret tahun 2003.

"Serangan udara Amerika terhadap Iran akan jauh melebihi jangkauan serangan Israel tahun 1981 di pusat nuklir Osiraq di Irak, dan akan lebih menyerupai hari pertama  dari serangan udara tahun 2003 melawan Irak (See Globalsecurity).

"Theater Iran Near Term" (TIRRANT)
Nama kode yang diberikan oleh para perencana militer Amerika Serikat adalah TIRANNT, "Theater Iran Near Term", simulasi serangan terhadap Iran telah dimulai pada Mei tahun 2003 "ketika pemodel dan spesialis intelijen mengumpulkan data yang diperlukan untuk tingkat-medan perang (berarti berskala besar) analisis skenario bagi Iran." ((William Arkin, Washington Post, 16 April 2006).

Skenarionya mengidentifikasikan beberapa ribu sasaran di dalam wilayah Iran sebagai bagian dari "Shock and Awe" Blitzkrieg:

"Analisis yang disebut TIRANNT, singkatan dari "Theater Iran Near Term," masih ditambah pula dengan skenario tiruan invasi Korps Marinir dan simulasi kekuatan rudal Iran. Dalam waktu yang bersamaan para perencana Amerika Serikat dan Inggris melakukan sebuah permainan perang Laut Kaspia. Bush mengarahkan Komando Strategis Amerika Serikat untuk menyusun rencana aksi serangan perang global untuk menyerang lokasi senjata pemusnah massal Iran. Semua ini akhirnya akan menjadi masukan berupa rencana perang baru untuk "major combat operations" terhadap Iran yang sekarang sudah dikonfirmasikan oleh sumber militer [April 2006] dalam bentuk draft.

... Di bawah TIRANNT, Angkatan Darat dan Perencana Pusat Komando Amerika Serikat telah melakukan pemeriksaan, baik skenario jangka pendek maupun jangka panjang perang dengan Iran, termasuk semua aspek operasi tempur utama, dari mobilisasi dan pengerahan pasukan melalui operasi stabilitas pasca perang setelah terjadi perubahan rezim. " (William Arkin, Washington Post, 16 April 2006)

Perbedaan “Skenario medan perang" dalam menyerang Iran secara maksimal telah dipikirkan: "Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Marinir Amerika Serikat telah memiliki semua rencana pertempuran yang disusun selama empat tahun, membangun pangkalan-pangkalan dan pelatihan untuk melaksanakan "Operasi Pembebasan Iran." Laksamana Fallon, Kepala Pusat Komando Amerika Serikat yang baru telah menerima rencana komputerisasi TIRANNT (Teater Iran Near Term)." (New Statesman, 19 Februari 2007)

Pada tahun 2004, dirumuskan skenario perang awal di bawah TIRANNT, Wakil Presiden Dick Cheney menginstruksikan USSTRATCOM untuk menyusun sebuah "rencana darurat" operasi militer berskala besar yang diarahkan terhadap Iran "digunakan dalam merespon terhadap serangan teroris sejenis 9/11 di Amerika Serikat" dengan  anggapan bahwa pemerintah Teheran berada di belakang persekongkolan teroris. Rencana tersebut termasuk penggunaan pre-emptive senjata nuklir terhadap negara non-nuklir

"Rencana tersebut termasuk serangan udara besar-besaran terhadap Iran baik menggunakan senjata nuklir maupun konvensional dan taktis. Di dalam wilayah Iran terdapat lebih dari 450 sasaran strategis penting, termasuk sejumlah sasaran yang dicurigai sebagai tempat pengembangan program-senjata-nuklir. Banyak target keras atau jauh berada di bawah tanah dan tidak bisa dihancurkan oleh senjata konvensional, maka akan dihancurkan dengan opsi nuklir. Seperti dalam kasus Irak, respon ini kurang penting apakah Iran yang sesungguhnya terlibat dalam tindakan terorisme yang ditujukan terhadap Amerika Serikat. Beberapa pejabat senior Angkatan Udara yang terlibat dalam perencanaan dilaporkan terkejut terhadap implikasi dari apa yang akan mereka lakukan - bahwa Iran sedang disiapkan untuk sebuah serangan nuklir yang tak beralasan – namun tidak seorangpun siap untuk merusak karirnya dengan mengajukan keberatan." (Philip Giraldi, Deep Background,The American Conservative August 2005)

The Military Road Map: "Pertama Iraq, kemudian Iran"

Keputusan untuk menargetkan Iran di bawah TIRANNT adalah bagian dari proses perencanaan militer yang lebih luas dari urutan operasi militer. Hal tersebut sudah dilakukan di bawah pemerintahan Clinton, Pusat Komando Amerika Serikat (USCENTCOM) telah menyusun "rencana medan perang", pertama untuk menyerang Irak dan kemudian Iran. Akses terhadap minyak Timur Tengah adalah merupakan tujuan strategis lain.

"Kepentingan dan tujuan keamanan nasional yang luas dinyatakan Presiden dalam Strategi Keamanan Nasional - National Security Strategy (NSS) dan Ketua Strategi Militer Nasional - National Military Strategy (NMS) membentuk dasar strategi medan perang Pusat Komando Amerika Serikat (NSS) mengarahkan pelaksanaan strategi penahanan ganda dari negara-negara nakal seperti Irak dan Iran selama negara-negara tersebut menjadi ancaman terhadap kepentingan Amerika Serikat, kepada negara-negara lain di wilayah ini, dan termasuk para warganegaranya. Penahanan ganda  dirancang untuk menjaga keseimbangan kekuasaan di wilayah itu tanpa tergantung baik kepada Iraq atau Iran.  Strategi medan perang terhadap Iran yaitu USCENTCOM adalah merupakan interest-based dan threat-focused. Tujuan dari keterlibatan Amerika Serikat seperti yang dianut pada NSS, adalah untuk melindungi kepentingan vital Amerika Serikat di wilayah tersebut – supaya tidak terganggu, Amerika Serikat aman demikian juga akses Sekutu kepada minyak Teluk." (USCENTCOM, http://www.milnet.com/milnet/pentagon/centcom/chap1/stratgic.htm#USPolicy, link no longer active, archived at  http://tinyurl.com/37gafu9)

Perang di Iran dipandang sebagai bagian dari suksesi operasi militer. Menurut (mantan) Panglima NATO Jenderal Wesley Clark, peta-jalan militer Pentagon terdiri dari urutan negara-negara: "Rencana operasi militer lima tahun [termasuk] ... total tujuh negara, dimulai dengan Irak, kemudian Suriah, Libanon, Libya, Iran, Somalia dan Sudan." Dalam "Winning Modern Wars" (halaman 130) Jenderal Clark menyatakan sebagai berikut:

"Ketika saya kembali melalui Pentagon pada bulan November 2001, salah seorang staf petugas senior militer punya waktu untuk bercakap-cakap. Ya, kami masih berada dalam jalur melawan Irak. Tapi masih ada lagi. Katanya hal ini sedang dibahas sebagai bagian dari rencana operasi militer lima tahun, dan jumlahnya ada tujuh negara, dimulai dengan Irak, lalu Suriah, Libanon, Libya, Iran, Somalia dan Sudan (See Secret 2001 Pentagon Plan to Attack Lebanon, Global Research, July 23, 2006)

Peran Israel

Terdapat banyak perdebatan mengenai peranan Israel dalam memulai serangan terhadap Iran.

Israel merupakan bagian dari sebuah aliansi militer. Tel Aviv bukanlah penggerak utama. Israel tidak memiliki agenda militer yang terpisah dan berbeda.

Israel terintegrasi ke dalam "rencana perang untuk operasi tempur besar" terhadap Iran yang dirumuskan pada tahun 2006 oleh Komando Strategis Amerika Serikat  (USSTRATCOM). Dalam konteks operasi militer skala besar, suatu tindakan militer sepihak yang tidak terkoordinasi oleh salah satu mitra koalisi, yaitu Israel, dari sudut pandang militer dan strategis hampir mustahil. Israel secara de facto anggota NATO. Setiap tindakan oleh Israel akan membutuhkan "lampu hijau" dari Washington.

Sebuah serangan oleh Israel bagaimanapun juga bisa digunakan sebagai "mekanisme pemicu" yang akan melancarkan perang habis-habisan terhadap Iran, serta pembalasan oleh Iran yang diarahkan kepada Israel.

Dalam hal ini, ada indikasi bahwa Washington mungkin mempertimbangkan pilihan serangan awal Israel dengan (dukungan Amerika Serikat) dan bukan sebuah operasi militer pimpinan Amerika Serikat langsung diarahkan terhadap Iran. Serangan Israel - meskipun hubungannya dekat dengan Pentagon dan NATO - akan disampaikan kepada opini publik sebagai keputusan sepihak oleh Tel Aviv. Hal ini kemudian akan digunakan oleh Washington untuk membenarkan di mata opini Dunia, berupa intervensi militer Amerika Serikat dan NATO dengan maksud untuk "mempertahankan Israel", daripada menyerang Iran. Dalam perjanjian kerja sama militer yang ada, baik Amerika Serikat maupun NATO "diwajibkan" untuk "membela Israel" bila diserang Iran dan Suriah.

Perlu dicatat, dalam hal ini, bahwa pada awal masa jabatan kedua Bush, (mantan) Wakil Presiden Dick Cheney mengisyaratkan, dengan tegas, bahwa Iran berada  "paling atas dalam daftar" dari "musuh nakal" Amerika, dan bahwa Israel akan menyatakan "melakukan pemboman untuk kita", tanpa keterlibatan militer Amerika Serikat dan tanpa kita menekan mereka "untuk melakukannya" (See Michel Chossudovsky, Planned US-Israeli Attack on Iran, Global Research, May 1, 2005): Menurut Cheney:
"Salah satu kekhawatiran orang adalah bahwa Israel mungkin melakukannya tanpa diminta ... Mengingat fakta bahwa Iran memiliki kebijakan yang menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menghancurkan Israel, Israel mungkin memutuskan untuk bertindak lebih awal, dan membiarkan seluruh dunia khawatir mengenai  penyelesaian  kekacauan diplomatik setelah itu, "(Dick Cheney, dikutip dari Wawancara MSNBC, Januari 2005)

Mengomentari pernyataan Wakil Presiden, mantan penasehat Keamanan Nasional, Zbigniew Brzezinski dalam sebuah wawancara di PBS, menegaskan dengan sedikit ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, ya: Cheney menginginkan Perdana Menteri Ariel Sharon untuk bertindak atas nama Amerika dan "melakukannya" untuk kita.

"Saya pikir Iran lebih ambigu. Dan ada masalah disana, tentu bukan tirani;.. itu adalah senjata nuklir. Dan Wakil Presiden hari ini dalam pernyataan paralel yang aneh terhadap pernyataan kebebasan ini yang mengisyaratkan bahwa Israel mungkin melakukannya, namun kenyataannya menggunakan bahasa yang terdengar seperti pembenaran atau bahkan suatu dorongan bagi Israel untuk melakukannya."

Apa yang berurusan dengan kita adalah operasi militer bersama Amerika Serikat-NATO-Israel untuk membom Iran, yang telah dalam tahap perencanaan aktif sejak tahun 2004. Pejabat Departemen Pertahanan, di bawah Bush dan Obama, telah bekerja tekun dengan militer Israel dan mitra-mitra intelijennya mengidentifikasi dengan hati-hati sasaran di dalam wilayah Iran. Dalam istilah praktis militer, setiap tindakan oleh Israel harus direncanakan dan dikoordinasikan di tingkat tertinggi koalisi yang dipimpin Amerika Serikat.

Serangan oleh Israel juga akan memerlukan koordinasi dukungan logistik Amerika Serikat–NATO, khususnya yang berkaitan dengan sistem pertahanan udara Israel, yang sejak Januari 2009 sepenuhnya terintegrasi ke dalam Amerika Serikat dan NATO. (See Michel Chossudovsky,  Unusually Large U.S. Weapons Shipment to Israel: Are the US and Israel Planning a Broader Middle East War? Global Research, January 11,2009)

Sistem radar X band Israel dibangun pada awal tahun 2009 dengan dukungan teknis Amerika Serikat telah "mengintegrasikan sistem pertahanan rudal Israel dengan jaringan deteksi rudal global Amerika Serikat [Pangkalan-Ruang Angkasa], yang meliputi satelit, kapal Aegis di Mediterania, Teluk Persia dan Laut Merah serta Patriot radar dan yang berpangkalan di darat." (Defense Talk.com, January 6, 2009,)

Apakah ini berarti bahwa Washington akhirnya memutuskan apa yang seharusnya dilakukan. Lebih baik Amerika Serikat daripada Israel yang mengendalikan sistem pertahanan udara:' ‘ini artinya tetap dengan menggunakan sistem radar Amerika Serikat,’ "kata jurubicara Pentagon, Geoff Morrell. "Jadi ini bukan sesuatu yang kita berikan atau menjualnya kepada Israel dan hal itu adalah sesuatu yang wajar akan memerlukan personel Amerika Serikat untuk mengoperasikannya.'" (Dikutip dari Israel National News, 9 Januari 2009).

Angkatan Udara Amerika Serikat  mengawasi sistem Pertahanan Udara Israel, yang terintegrasi ke dalam sistem global Pentagon. Dengan kata lain, Israel tidak dapat melancarkan perang terhadap Iran tanpa persetujuan Washington. Oleh karena pentingnya undang-undang yang disebut "Green Light" di Kongres Amerika Serikat  yang disponsori oleh partai Republik di bawah Resolusi House 1553, yang secara eksplisit mendukung serangan Israel terhadap Iran:

"Undang-undang diajukan oleh Louie Gohmert, partai Republik dari Texas dan 46 rekannya, mendukung penggunaan “semua sarana yang diperlukan Israel" terhadap Iran "termasuk penggunaan kekuatan militer...."Kita harus melakukan ini. Kami perlu menunjukkan dukungan kepada Israel.  Kita harus berhenti bermain game dengan sekutu penting di tengah wilayah yang sulit"’ (See Webster Tarpley, Fidel Castro Warns of Imminent Nuclear War; Admiral Mullen Threatens Iran; US-Israel Vs. Iran-Hezbollah Confrontation Builds On, Global Research, August 10, 2010)

Dalam praktek, undang-undang yang diusulkan tersebut adalah "Green Light" kepada Gedung Putih dan Pentagon daripada kepada Israel. Ini merupakan persetujuan untuk perang yang disponsori Amerika Serikat melawan Iran yang menggunakan Israel sebagai landasan melancarkan gerakan militer yang sesuai. Hal ini juga berfungsi sebagai pembenar untuk berperang dengan tujuan untuk membela Israel.
Dalam konteks ini, Israel memang bisa memberikan alasan palsu untuk berperang, sebagai tanggapan terhadap dugaan serangan Hamas atau serangan Hizbullah dan/atau memicu permusuhan di perbatasan Israel dengan Lebanon. Apa yang penting untuk dipahami adalah bahwa sebuah "insiden" kecil dapat digunakan sebagai alasan untuk memicu sebuah operasi militer besar terhadap Iran.

Dikenal oleh perencana militer Amerika Serikat, Israel (bukan Amerika Serikat) akan menjadi sasaran pertama pembalasan militer Iran. Secara umum, bangsa Israel akan menjadi korban dari intrik Washington maupun pemerintah mereka sendiri. Ya,  dalam hal ini, sangat penting bahwa Israel tegas menentang setiap tindakan oleh pemerintah Netanyahu untuk menyerang Iran.

Peperangan Global: Peran Komando Strategis Amerika Serikat (USSTRATCOM)

Operasi militer global dikoordinasikan dari Markas Komando Strategis Amerika Serikat  (USSTRATCOM) dari pangkalan Angkatan Udara Offutt di Nebraska, berkerja sama dengan komando regional, Komando Pejuang Terpadu (misalnya Komando Sentral Amerika Serikat di Florida, yang bertanggung jawab untuk Timur Tengah -Tengah dan kawasan Asia, lihat peta di bawah) serta unit komando koalisi di Israel, Turki, Teluk Persia dan Diego Garcia, yaitu pangkalan militer Amerika Serikat di Samudera Hindia. Perencanaan Militer dan pengambilan keputusan di tingkat negara sekutu Amerika Serikat-NATO yang dilakukan oleh individu juga "negara-negara mitra" diintegrasikan ke dalam desain militer global termasuk mempersenjatai ruang angkasa.

Di bawah mandat baru, USSTRATCOM memiliki tanggung jawab untuk "mengawasi rencana serangan global" yang terdiri dari senjata konvensional dan nuklir. Dalam jargon militer, yang dijadwalkan untuk memainkan peran adalah "sebuah integrator global dengan beban misi Operasi Ruang Angkasa; Operasi Informasi; Pertahanan Rudal Terpadu; Komando Global & Pengendalian; Intelijen, Surveillance dan Reconnaissance; Global Strike; dan Strategic Deterrence.... "

Tanggungjawab USSTRATCOM meliputi: "Memimpin, perencanaan, pelaksanaan strategis  & operasi pencegahan " di tingkat global, "sinkronisasi rencana operasi dan pertahanan rudal global", "sinkronisasi rencana perang regional", dll. USSTRATCOM merupakan lembaga utama dalam mengkoordinasikan peperangan modern .

Pada bulan Januari 2005, pada awal pengerahan dan pembangunan militer yang ditujukan kepada Iran, USSTRATCOM diidentifikasi sebagai "Komando Peramg  untuk integrasi dan sinkronisasi Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam upaya memerangi senjata pemusnah massal." (Michel Chossudovsky, Nuclear War against Iran, Global Research, January 3, 2006).

Apakah ini berarti bahwa koordinasi serangan yang berskala besar terhadap Iran, termasuk berbagai skenario eskalasi di dalam dan di luar wilayah Timur Tengah serta yang lebih luas Asia Tengah akan dikoordinasikan oleh USSTRATCOM.

centcommapMidEast
Map: US Central Command's Area of Jurisdiction

Senjata-senjata Nuklir Taktis Diarahkan Langsung Kepada Iran

Dikonfirmasi dengan dokumen militer serta laporan resmi, baik Amerika Serikat maupun Israel memikirkan penggunaan senjata nuklir yang diarahkan terhadap Iran. Pada tahun 2006, Komando Strategis Amerika Serikat (USSTRATCOM) mengumumkan bahwa pihaknya telah mencapai kemampuan operasional untuk mentargetkan sasaran secara cepat dengan menggunakan senjata nuklir atau sebjata konvensional ke seluruh dunia. Pengumuman ini dibuat setelah melakukan simulasi militer yang berkaitan dengan serangan nuklir yang dipimpin Amerika Serikat terhadap negara fiktif. (David Ruppe, Preemptive Nuclear War in a State of Readiness: U.S. Command Declares Global Strike Capability, Global Security Newswire, December 2, 2005)

Kesinambungan dalam hubungannya dengan era Bush-Cheney: Presiden Obama telah mendukung sebagian besar doktrin pre-emptive penggunaan senjata nuklir yang dirumuskan oleh pemerintahan sebelumnya. Di bawah the 2010 Nuclear Posture Review, pemerintahan Obama menegaskan "bahwa itu merupakan pesan berupa hak untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Iran" sebagai risiko ketidak-kepatuhan Iran terhadap tuntutan Amerika Serikat mengenai program dugaan (tidak ada) senjata nuklir. (U.S. Nuclear Option on Iran Linked to Israeli Attack Threat - IPS ipsnews.net, April 23, 2010). Pemerintahan Obama juga mengisyaratkan bahwa mereka akan menggunakan nuklir dalam hal Iran merespon atas serangan Israel  kepada Iran. (Ibid). Israel juga membuat sendiri "rencana rahasia" untuk membom Iran dengan senjata nuklir taktis.

Sumber-sumber senior mengatakan ""Komandan militer Israel yakin serangan konvensional mungkin tidak lagi cukup untuk memusnahkan fasilitas pengayaan yang semakin baik dipertahankan. Beberapa telah dibangun di bawah tanah minimal 70 kaki dari beton dan batu. Namun, the nuclear-tipped bunker-busters akan digunakan hanya jika serangan konvensional dikesampingkan dan jika Amerika Serikat menolak untuk campur tangan."(Revealed: Israel plans nuclear strike on Iran - Times Online, January 7, 2007)

Pernyataan Obama tentang penggunaan senjata nuklir terhadap Iran dan Korea Utara konsisten dengan doktrin senjata nuklir Amerika Serikat pasca 9/11 yang memungkinkan untuk penggunaan senjata nuklir taktis di medan perang konvensional.

Melalui kampanye propaganda yang telah meminta dukungan dari “otoritatif” ilmuwan nuklir, senjata nuklir mini itu didukung sebagai instrumen perdamaian, yaitu sarana untuk memerangi "terorisme Islam" dan mengukuhkan "demokrasi" gaya Barat di Iran. Nuklir low-yield telah dibersihkan untuk "digunakan di medan perang". Senjata nuklir tersebut dijadwalkan akan digunakan Amerika terhadap Iran dan Suriah dalam tahap berikutnya, disamping senjata konvensional dalam "perang melawan Terorisme".

"Para pejabat pemerintah menyatakan bahwa senjata nuklir low-yield diperlukan sebagai pencegah yang kredibel terhadap negara-negara nakal [Iran, Suriah, Korea Utara] logika mereka adalah bahwa senjata nuklir yang ada terlalu destruktif untuk digunakan kecuali dalam perang nuklir yang berskala penuh. Musuh-musuh potensial menyadari hal ini, sehingga mereka tidak memperhitungkan ancaman pembalasan nuklir dapat dipercaya Namun, senjata-senjata low-yield kurang daya merusaknya, sehingga dapat dipikirkan untuk digunakan. Dengan demikian akan menjadikan mereka lebih efektif sebagai senjata penangkal." (Opponents Surprised By Elimination of Nuke Research Funds Defense News November 29, 2004)

Pemilihan penggunaan senjata nuklir terhadap Iran berupa senjata nuklir taktis (Buatan Amerika), yaitu bunker buster bom dengan hulu ledak nuklir (misalnya B61-11), dengan kapasitas peledak antara sepertiga sampai enam kali bom Hiroshima. The B61-11 adalah "versi nuklir" dari "konvensional" BLU 113 atau Unit Pemandu Bom GBU-28.. Bom ini dapat dibawa dengan cara yang sama seperti bunker buster bom konvensional. (See Michel Chossudovsky, http://www.globalresearch.ca/articles/CHO112C.html, see also http://www.thebulletin.org/article_nn.php?art_ofn=jf03norris). Sementara Amerika Serikat  tidak bermaksud menggunakan senjata termonuklir strategis terhadap Iran, sebagian besar penyebaran senjata nuklir Israel terdiri dari bom termonuklir dan dapat digunakan dalam perang dengan Iran. Dengan sistem rudal Jericho-III Israel yang jangkauannya berkisar antara 4.800 km sampai 6.500 km, maka semua wilayah Iran akan berada dalam jangkauannya.

GBU-27_xxl
Conventional bunker buster Guided Bomb Unit GBU-27

B-61_bomb
B61 bunker buster bomb

Jatuhan Radioaktif

Persoalan jatuhan radioaktif dan kontaminasi, meski begitu saja dikesampingkan oleh analis militer Amerika Serikat-NATO, dampaknya akan menghancurkan, berpotensi merusak wilayah yang luas di Timur Tengah (termasuk Israel) dan wilayah Asia Tengah.

Dengan logika yang diplintir, senjata nuklir disajikan sebagai sarana untuk membangun perdamaian dan mencegah "kerusakan kolateral". Tidak ada senjata nuklir Iran apalagi merupakan ancaman bagi keamanan global, sebaliknya Amerika Serikat dan Israel adalah instrumen perdamaian yang "tidak membahayakan bagi penduduk sipil di sekitarnya".

“Ibu Dari Semua Bom” "The Mother of All Bombs" (MOAB) Dijadwalkan Digunakan Terhadap Iran

Signifikansi militer senjata konvensional dalam angkatan bersenjata Amerika adalah 21.500-pon "senjata rakasa" dijuluki "ibu dari semua bom" The GBU-43/B or Massive Ordnance Air Blast bomb (MOAB) dikategorikan "sebagai senjata non-nuklir paling kuat yang pernah dirancang" diketahui sebagai arsenal konvensional terbesar di Amerika Serikat. MOAB diuji pada awal Maret 2003 sebelum dikirim ke medan  perang Irak. Menurut sumber-sumber militer Amerika Serikat, Kepala Staf Gabungan telah memberitahu pemerintah Saddam Hussein sebelum diluncurkan tahun 2003 bahwa "ibu dari semua bom" akan digunakan terhadap Irak. (Ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa MOAB telah digunakan di Irak).

Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah mengkonfirmasi pada bulan Oktober 2009 bahwa bermaksud untuk menggunakan "Ibu dari semua Bom" (MOAB) terhadap Iran. Dikatakannya MOAB "ideal untuk mengubur fasilitas nuklir seperti Natanz atau Qom di Iran" (Jonathan Karl, Is the U.S. Preparing to Bomb Iran? ABC News, October 9, 2009). Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa MOAB, karena mengingat daya ledaknya tersebut, akan mengakibatkan korban sipil yang sangat besar. Ini adalah "mesin pembunuh" konvensional dengan jenis awan jamur nuklir.

Pengadaan empat MOAB ditugaskan pada bulan Oktober 2009 dengan biaya yang cukup besar sejumlah US$,58,4 juta ($ 14,6 juta untuk masing-masing bom). Jumlah ini termasuk untuk membiaya pengembangan dan pengujian serta integrasi bom MOAB ke pembom siluman B-2. (ibid). pengadaan ini berkaitan langsung dengan persiapan perang dalam hubungannya dengan Iran. Pemberitahuan dimuat dalam sebuah "reprogramming memo" setebal 93 halaman termasuk instruksi berikut ini:

"Departemen memiliki sebuah Urgent Operational Need (UON) yang berkemampuan menyerang sasaran keras di daerah yang tinggi tingkat ancamannya dan sekaligus menguburkannya. MOP [Ibu Segala Bom] adalah senjata pilihan yang memenuhi persyaratan UON [Urgent Operational Need]." Dinyatakan lebih lanjut bahwa permintaan tersebut didukung oleh Komando Pasifik (yang memiliki tanggung jawab atas Korea Utara) dan Komando Sentral (yang memiliki tanggung jawab atas Iran). (ABC News,  op cit, emphasis added). To consult the reprogramming request (pdf) di sini

Pentagon merencanakan sebuah proses kehancuran infrastruktur Iran dan korban massal sipil melalui penggunaan gabungan nuklir taktis dan bom konvensional rakasa awan jamur, termasuk MOAB dan yang lebih besar lagi yaitu GBU-57a/B atau Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang melampaui MOAB dalam hal kapasitas daya ledaknya.

MOP digambarkan sebagai "sebuah bom baru yang kuat dan tepat sasaran untuk menghantam fasilitas nuklir bawah tanah Iran dan Korea Utara. Bom raksasa yang ukuran panjangnya lebih dari 11 orang duduk berdempetan bahu-ke-bahu [lihat gambar di bawah] atau lebih dari 20 kaki dari lantai ke hidung" (See Edwin Black, "Super Bunker-Buster Bombs Fast-Tracked for Possible Use Against Iran and North Korea Nuclear Programs",

Ini adalah WMD dalam artian yang sebenarnya dari kata tersebut. Tujuannya tidak begitu tersembunyi dari MOAB dan MOP, termasuk penggunaan nama julukan Amerika untuk menggambarkan secara sederhana bahwa MOAB ("ibu dari semua bom'), adalah "pemusnah massal" dan korban sipil secara massal dengan maksud untuk menanamkan rasa takut dan putus asa.

MOAB-AFAM
"Mother of All Bombs" (MOAB)

MOP1
GBU-57A/B Mass Ordnance Penetrator (MOP)

moabmother_of_all_bombs
MOAB: screen shots of test: explosion and mushroom cloud


Teknologi Persenjataan Tercanggih: “Perang Menjadi Mungkin Dengan Teknologi Baru”

Proses pengambilan keputusan militer Amerika Serikat dalam hubungannya dengan Iran ini didukung oleh Star Wars, militerisasi ruang angkasa dan revolusi dalam komunikasi serta sistem informasi. Mengingat kemajuan teknologi militer dan pengembangan sistem senjata baru, serangan terhadap Iran bisa secara signifikan berbeda dalam hal campuran sistem senjata, bila dibandingkan dengan Blitzkrieg yang dilancarkan pada bulan Maret 2003 terhadap Irak. Operasi militer terhadap Iran dijadwalkan untuk menggunakan sistem senjata yang paling canggih untuk mendukung serangan udara tersebut. Dan dalam semua kemungkinan, sistem senjata baru akan diuji.

Dokumen The 2000 Project of the New American Century - Proyek Tahun 2000 Abad Baru Amerika yang berjudul Rebuilding American Defenses - Membangun Kembali Pertahanan Amerika, menguraikan mandat militer Amerika Serikat dalam hal medan perang berskala besar, yang akan dilancarkan secara bersamaan di berbagai wilayah Dunia:

"Memenangkan Beberapa pertempuran dengan meyakinkan secara simultan dalam beberapa medan perang.”

Formulasi ini serupa dengan penaklukan perang global oleh kekaisaran adidaya tunggal. Dokumen PNAC juga menyerukan transformasi pasukan Amerika Serikat  untuk mengeksploitasi "revolusi dalam urusan militer", yaitu penerapan "perang yang dimungkinkan melalui teknologi baru" (See Project for a New American Century, Rebuilding Americas Defenses Washington DC, September 2000, pdf).  Yang terakhir ini terdiri dari pengembangan dan penyempurnaan kecanggihan mesin pembunuh global berdasarkan gudang persenjataan baru yang canggih, yang pada akhirnya akan menggantikan paradigma yang ada.

"Dengan demikian, dapat diramalkan bahwa proses transformasi justru akan menjadi proses dua-tahap:. Pertama transisi, yaitu transformasi yang lebih menyeluruh. Titik nyaman akan datang ketika jumlah yang lebih besar sistem senjata baru mulai memasuki masa tugasnya, mungkin ketika, misalnya, pesawat udara tak berawak mulai banyak menjadi biasa seperti pesawat berawak. Dalam hal ini, Pentagon harus sangat berhati-hati melakukan investasi besar dalam program-program baru misalnya -. tank, pesawat, kapal induk, - dimana pasukan Amerika Serikat akan berkomitmen melakukan paradigma baru untuk berperang selama beberapa dekade yang akan datang. (ibid, penekanan ditambahkan)

Perang dengan Iran memang bisa menandai breakpoint penting ini, dengan sistem senjata baru yang berpangkalan-di angkasa dipergunakan dengan maksud untuk melumpuhkan musuh yang memiliki kemampuan konvensional militer yang signifikan yang jumlahnya lebih dari setengah juta pasukan darat.
Senjata Elektromagnetik

Senjata elektromagnetik dapat digunakan untuk mengacaukan sistem komunikasi Iran, menonaktifkan pembangkit tenaga listrik, merusak dan mengacaukan komando serta kontrol, infrastruktur pemerintah, transportasi, energi, dll. Dalam keluarga senjata yang sama, teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) (peperangan cuaca) yang dikembangkan berdasarkan program HAARP juga bisa diterapkan. (Lihat Chossudovsky Michel, "Owning the Weather" for Military Use,, Global Research, September 27, 2004). Sistem senjata ini sepenuhnya operasional. Dalam konteks ini,  dokumen Angkatan Udara Amerika Serikat AF 2025 secara eksplisit membenarkan aplikasi militer dengan teknologi modifikasi cuaca.

"Modifikasi Cuaca akan menjadi bagian dari keamanan domestik dan internasional dan bisa dilakukan secara sepihak ... Senjata ini bisa aplikasikan baik secara ofensif maupun defensif dan bahkan dapat digunakan untuk tujuan pencegahan. Senjata ini berkemampuan untuk menghasilkan curah hujan, kabut, dan badai di bumi atau mengubah ruang cuaca, meningkatkan komunikasi melalui modifikasi ionosfir (penggunaan cermin ionosfir), serta produksi cuaca buatan, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari serangkaian teknologi terpadu yang dapat memberikan peningkatan penting dalam kemampuan Amerika Serikat atau dalam menundukkan musuh, juga untuk mencapai kesadaran global, jangkauan, dan kekuasaan. " (Air Force 2025 Final Report, See also US Air Force: Weather as a Force Multiplier: Owning the Weather in 2025, AF2025 v3c15-1 | Weather as a Force Multiplier: Owning... | (Ch 1) at www.fas.org).

Radiasi elektromagnetik memungkinkan melakukan "gangguan kesehatan dari jarak jauh" mungkin juga dipikirkan untuk digunakan dalam medan perang. (See Mojmir Babacek, Electromagnetic and Informational Weapons:, Global Research, August 6, 2004). Pada gilirannya, penggunaan baru senjata biologis oleh militer Amerika Serikat juga mungkin akan dipertimbangkan seperti yang disarankan oleh PNAC: "Lebih lanjut bentuk peperangan biologis dapat "mentargetkan" genotipe tertentu yang mungkin mengubah perang biologis dari dunia teror menjadi alat politik yang berguna." (PNAC cit, op, hal. 60).

Kemampunan Militer Iran: Misil Jarak Menengah dan Jauh

Kemampuan militer Iran telah maju, termasuk misil jarak menengah dan jauh yang mampu mencapai sasaran di Israel dan negara-negara Teluk. Karena itu perhatian  aliansi Amerika Serikat-NATO Israel pada penggunaan senjata nuklir, yang dijadwalkan akan digunakan baik secara pre-emptive maupun sebagai respons pembalasan terhadap serangan rudal Iran.


iranshahabrange
Range of Iran's Shahab Missiles. Copyright Washington Post

Pada bulan November 2006, Iran menguji-coba rudal permukaan 2 yang diputuskan bertahap dengan operasi perencanaan yang tepat dan hati-hati. Menurut seorang ahli rudal senior Amerika (dikutip oleh Debka), "Iran memperlihatkan up-to-date teknologi peluncur-rudal dimana Barat tidak mengetahui bahwa Iran memilikinya." (See Michel Chossudovsky, Iran's "Power of Deterrence" Global Research, November 5, 2006) Israel acknowledged that "the Shehab-3, whose 2,000-km range brings Israel, the Middle East and Europe within reach" (Debka, November 5, 2006

iran-missile-tests1

iran-missiletests2

Menurut Uzi Rubin, mantan kepala program misil anti-balistik Israel, bahwa "intensitas latihan militer belum pernah terjadi sebelumnya ... Hal itu dimaksudkan untuk membuat kesan - dan berhasil membuat kesan." (www.cnsnews.com 3 November 2006)

Latihan tahun 2006, sekaligus menciptakan sebuah gelora politik di Amerika Serikat  dan Israel, dengan cara apa pun tidak mengubah keputusan Amerika Serikat-NATO-Israel untuk melancarkan perang terhadap Iran.

Teheran telah menegaskan dalam beberapa pernyataannya bahwa Iran akan merespon jika diserang. Israel akan menjadi tujuan langsung dari serangan rudal Iran seperti ditegaskan oleh pemerintah Iran. Oleh karena itu persoalan sistem pertahanan udara Israel penting. Amerika Serikat dan fasilitas militer sekutu di negara-negara Teluk seperti Turki, Arab Saudi, Afghanistan dan Irak juga bisa menjadi sasaran target Iran.

Angkatan Darat Iran

Sementara wilayah Iran dikelilingi oleh pangkalan militer Amerika Serikat dan sekutu, Republik Islam Iran memiliki kemampuan militer yang signifikan. (Lihat peta di bawah).  Apa yang penting untuk diakui adalah jumlah kekuatan angkatan bersenjata Iran yang dilihat semata-mata dari segi jumlah personil (angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara) jika dibandingkan dengan pasukan Amerika Serikat dan NATO yang bertugas di Afghanistan dan Irak.

Menghadapi sebuah pemberontakan yang terorganisir, pasukan koalisi sudah kewalahan di Afghanistan dan Irak. Apakah kekuatan ini mampu mengatasi jika pasukan darat Iran memasuki medan perang yang ada di Irak dan Afghanistan? Potensi gerakan perlawanan terhadap Amerika Serikat dan sekutu pendudukan pasti akan terpengaruh.

Pasukan darat Iran adalah 700.000 orang, sejumlah 130.000 orang adalah tentara profesional, 220.000 wajib militer dan 350.000 tentara cadangan. (See  Islamic Republic of Iran Army - Wikipedia). Ada 18.000 personil Angkatan Laut dan 52.000  angkatan udara Iran. Menurut International Institute for Strategic Studies, Iran "memiliki Pengawal Revolusi yang diperkirakan berjumlah 125.000 personil dalam lima angkatan: Mereka punya Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Pasukan Darat sendiri serta Pasukan Quds (Pasukan Khusus)" Menurut CISS, Basij yaitu  sukarelawan paramiliter Iran diperkirakan berkekuatan 90.000 orang berseragam aktif bertugas dan dikontrol oleh Pengawal Revolusi, 300.000 cadangan, dan total 11 juta orang yang dapat dimobilisasi jika diperlukan" (Armed Forces of the Islamic Republic of Iran - Wikipedia). Dengan kata lain, Iran bisa memobilisasi sampai setengah juta pasukan reguler dan beberapa juta milisi. Pasukan khusus Quds sudah beroperasi di Irak

new_us_bases

Iran-encircled2
US Military and Allied Facilties Surrounding Iran

Dalam beberapa tahun ini Iran telah melakukan latihan-latihan perang sendiri. Sementara Angkatan Udaranya memiliki kelemahan, namun rudal jarak menengah dan jauh sepenuhnya operasional. Militer Iran dalam keadaan siap-siaga. Pemusatan  pasukan Iran saat ini berada dalam jarak beberapa kilometer dari perbatasan Irak dan Afghanistan, dan dekat perbatasan Kuwait. Angkatan Laut Iran dikerahkan ke Teluk Persia dengan jarak yang dekat kepada fasilitas militer Amerika Serikat dan sekutu di Uni Emirat Arab.
Perlu dicatat bahwa dalam menanggapi peningkatan jumlah besar militer Iran, Amerika Serikat telah mengirim senjata kepada sekutu non-anggota NATO di Teluk Persia termasuk Kuwait dan Arab Saudi.

Sementara senjata canggih Iran tidak sebanding dengan Amerika Serikat dan NATO, pasukan Iran berada dalam posisi untuk menimbulkan kerugian besar terhadap pasukan koalisi dalam sebuah medan perang konvensional, di wilayah Irak atau Afghanistan. Pasukan darat Iran dan tank pada bulan Desember 2009 melintasi perbatasan masuk ke wilayah Irak tanpa dihadapi atau ditantang oleh pasukan sekutu dan menduduki wilayah sengketa di ladang minyak Maysan Timur.

Bahkan di saat terjadi Blitzkrieg yang efektif, dengan menargetkan fasilitas militer Iran, sistem komunikasinya dll melalui pemboman udara besar-besaran, dengan menggunakan rudal jelajah, bom bunker buster konvensional dan senjata nuklir taktis, perang dengan Iran, sekali dimulai, akhirnya bisa mengarah menjadi perang darat. Ini merupakan sesuatu hal dimana perencana militer Amerika Serikat tidak ragu-ragu bahwa hal tersebut seperti yang dimaksudkan dalam skenario simulasi perang mereka.

Jenis operasi ini akan mengakibatkan korban militer dan sipil yang signifikan, terutama jika menggunakan senjata nuklir.

Anggaran yang membengkak untuk membiayai perang di Afghanistan saat ini diperdebatkan di Kongres Amerika Serikat juga dimaksudkan untuk digunakan dalam kemungkinan serangan terhadap Iran.

Dalam skenario eskalasi, pasukan Iran dapat menyeberang ke perbatasan Irak dan Afghanistan.

Pada gilirannya, eskalasi militer dengan menggunakan senjata nuklir bisa membawa kita ke dalam sebuah skenario Perang Dunia III, meluas di luar kawasan Timur Tengah Asia Tengah.

Dalam arti yang sangat nyata, proyek militer ini, yang telah di gambarkan Pentagon selama lebih dari lima tahun, mengancam masa depan kemanusiaan.

Sementara kami memfokuskan tulisan ini terhadap persiapan perang. Faktanya bahwa persiapan perang telah sempurna dan dalam keadaan siap, namun tidak berarti bahwa mereka akan melakukannya sesuai dengan rencana.

Aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel menyadari bahwa musuh memiliki kemampuan yang signifikan untuk merespon dan membalas. Faktor ini sendiri penting selama lima tahun terakhir dalam mengambil keputusan, baik oleh Amerika Serikat maupun sekutunya untuk menunda serangan terhadap Iran.

Faktor penting lainnya adalah kerangka aliansi militer. Sementara NATO telah menjadi kekuatan yang tangguh, Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), yang merupakan aliansi antara Rusia dan Cina dan sejumlah negara mantan republik Sovyet melemah secara signifikan.

Ancaman militer Amerika Serikat secara terus-menerus yang langsung ditujukan kepada Cina dan Rusia, dimaksudkan untuk melemahkan SCO dan mencegah segala bentuk aksi militer sebagai pihak sekutu yang akan membela Iran, dalam hal  terjadinya serangan NATO-Amerika Serikat-Israel.

Kekuatan seimbang apa yang mungkin dapat mencegah perang ini terjadi? Ada banyak kekuatan-kekuatan di dalam aparatur Negara Amerika Serikat yang sedang bekerja langsung, baik Kongres maupun Pentagon dan NATO.

Kekuatan sentral dalam mencegah terjadinya perang pada akhirnya secara mendasar datang dari dalam masyarakat yang dengan penuh kekuatan melakukan tindakan menentang antiperang oleh ratusan juta orang di seluruh negeri, baik nasional maupun internasional.

Rakyat harus memobilisir tidak hanya terhadap agenda militer jahat, namun juga harus menentang terhadap otoritas Negara dan para pejabatnya.

This war can be prevented if people forcefully confront their governments, pressure their elected representatives, organize at the local level in towns, villages and municipalities, spread the word, inform their fellow citizens as to the implications of a nuclear war, initiate debate and discussion within the armed forces.

Perang ini dapat dicegah jika rakyat bersikap tegas dalam menghadapi pemerintah mereka, memberikan tekanan kepada wakil yang dipilih oleh mereka, mengorganisir di tingkat lokal di perkotaan dan pedesaan, menyebarkan berita, menginformasikan sesama warga mengenai implikasi perang nuklir, memulai debat dan diskusi dalam upaya mencegah perang di dalam angkatan bersenjata.

Tidak cukup  hanya dengan menyelenggaraan demonstrasi massa dan protes antiperang. Apa yang diperlukan adalah pengembangan jaringan akar rumput antiperang yang luas dan terorganisir dengan baik yang menantang struktur otoritas dan kekuasaan.

Apa yang diperlukan adalah gerakan massa rakyat yang kuat menentang legitimasi perang, gerakan masyarakat global yang menyadari bahwa perang merupakan sebuah kejahatan.

Michel Chossudovsky seorang penulis pemenang penghargaan, Profesor  Ekonomi (Emeritus) pada Universitas Ottawa dan Direktur dari the Centre for Research on Globalization (CRG), Montreal. Ia menulis buku berjudul The Globalization of Poverty and The New World Order (2003) dan America’s “War on Terrorism” (2005). Ia juga seorang kontributor the Encyclopaedia Britannica. Tulisan-tulisannya telah diterbitkan dalamlebih dari duapuluh bahasa. Ia dapat dihubungi di globalresearch.ca website

Catatan Penulis: Pembaca budiman, silakan sebarkan tulisan ini secara luas ke teman-teman dan keluarga, forum internet, tempat kerja, di lingkungan Anda, nasional dan internasional, dengan maksud untuk membalikkan gelombang perang.

Bersiaplah Perang Dunia III. Dari Mediterania Sampai Laut China Selatan

13290160471185938258


Perang Dunia-3 (PD-3) meskipun semua kita tidak menghendakinya, dilain pihak para penguasa yang haus dengan kekuasaan terhadap kawasan regional dan global telah menciptakan benih-benih terjadinya PD-3 dalam waktu dekat ini.

Banyak sudah prediksi atau ekspektasi saat terjadinya PD-3 (peristiwa yang lebih mengerikan dari PD-1 dan PD-2) yang pada umumnya diprediksi akan terjadi pada tahun 2012. Ekspektasi tersebut bukan tanpa alasan sebab dapat dibuktikan secara logis berdasarkan perkembangan situasi politik, militer dan pengaruh ekonomi Global yang terjadi saat ini.

13289988231613451125



Berawal dari sebuah mega proyek, New World Order atau One World Goverment atau sering diistilahkan dengan sebutan “Globalisasi” telah tercatat dalam program  utama negara AS dalam Patriot Act yang merupakan bagian UU yang paling besar pengaruhnya di AS.

NWO/ OWG berorientasi pada penyatuan ekonomi dunia dalam pengaruh AS tersebut mendapat tantangan dari Rusia dan China sebagai negara yang paling diperkirakan oleh AS dan sekutunya sebagai negara yang dapat mempengaruhi program tersebut berjalan dengan segera atau tidak sama sekali.

Potensi itu semakin nyata tatakala terjadi perpecahan yang terjadi dalam sidang Dewan Keamanan PBB tentang rencana penegakan demokrasi di Suriah yang telah mendapat penolakan oleh Rusia dan China. Dalam kapasitas sebagai negara yang paling diperhitungkan oleh AS kedua negara tersebut dan “sekutunya” berpotensi menganggu terlaksananya program NWO/OWG. Akibatnya  AS, NATO dan sekutunya tidak dapat menerima begitu saja tantangan yang diperlihatkan oleh Rusia dan China.

Menarik bagi kita adalah, jika PD-3 itu terjadi dari manakah asal terciptanya jalan menuju PD-3? Apakah dari Libya, Iran, Mesir, Turki, Israel, China, Rusia ataukah dari Suriah? Berikut ini kita dapat melihat beberapa  ekspektasi dan pencetus PD-3.

Program “kemanusiaan untuk Libya” yang dlakukan oleh AS dan NATO di Libya adalah batu loncatan sukses yang ke sekian kalinya diseluruh dunia. Di lain pihak konflik  Libya adalah kegagalan Rusia dan China yang kesekian kalinya menghadang laju AS dan sekutunya. Tak heran,  kini di Suriah sikap Rusia dan China  adalah berkomitmen saling mengisi “kekuatan” mereka agar potensi AS dan sekutunya menuju cita-cita Globalisasi sedikitnya tidak semudah yang dibayangkan AS, NATO dan sekutu dekat AS.
Iran, telah mengirimkan 15 ribu pasukan elit dari divisi Quds untuk membantu tegaknya pemerintahan Suriah di bawah rezim Assad.
Rusia telah mengirimkan 36 kapal perang  dan 120  pesawat tempur untuk Suriah dalam kontrak senilai $.550.000.000, sebagaimana dilaporkan oleh surat kabar Kommersant (24/1), mengutip sumber mereka pedagang senjata  Rosoboronexport.  Tentunya pemerintah Rusia menolak memberikan kebenaran berita tersebut karena sama halnya menentang terang-terangan embargo senjata yang diterapkan  oleh PBB dan Uni Eropa terhadap Suriah.(sumber : http://www.infowars.com/russia-to-deliver-combat-jets-to-syria/).
Pasukan Suriah sendiri diberitakan telah berada pada posisi di perbatasan Israel. Meskipun tujuannya adalah untuk mengejar pasukan pembebasan suriah (FSA) namun posisi mereka di dataran tinggi Golan telah membuat Israel menyiapkan ratusan pasukan dan menebar ranjau-ranjau di perbatasan. Dalam prinsip hubungan internasional, menggelar pasukan dalam jumlah besar ke perbatasan negara lainnya dapat diartikan sebagai sebuah provokasi dan menantang.
Turki telah didesak oleh Uni Eropa agar dikeluarkan dari organisasi tersebut. Turki dianggap terlalu memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan politiknya ketimbang ekonominya terutama dalam memandang Israel sebagai musuh baru mereka, namun sebaliknya mulai merapat ke Iran.
China, telah memberikan signal pada AS bahwa mereka memiliki hubungan dengan Suriah dari era Hafiz al Assad (ayah Bashir al Assad).  China  berpendapat, Suriah adalah terminal dagang penting. Tentu China tidak akan melepas hancurnya Suriah begitu saja karena China melihat pemerintah Suriah yang baru nanti adalah berhaluan ke Barat.
Mesir, telah memperlihatkan sikap kurang bersahabat dengan Israel dan terindikasi menhancurkan perjanjian Camp David yang dirilis oleh mantan presdien Anwar Sadat, Jimy Carter dan Manachem Begin (1972). Banyak ekspektasi melihat bahwa usia perjanjian tersebut -dikaitkan dengan dominasi anti rezim Hosni Mobarak- akan segara tamat riwayatnya.
Rusia telah menegur Perancis akibat terlalu keras dan “berlebihan” menentang Rusia dalam  sikapnya terhadap  Suriah. Presiden Rusia Dimitri Medvedev sebagaimana dilansir dalam “Breaking News” Press TV (10/2) menulis ukuran besar betapa marahnya Rusia terhadap Sarkozi yang terus mengomel seperti Nyonya besar terhadap pembantu rumah tangganya yang berbuat salah.
India  dan Pakistan akan terlibat perang rudal. India telah mendapat pasokan militer dari AS akan berada di atas angin karena unggul dalam kualitas teknologi. Sebaliknya Pakistan akan meminta bantuan Iran dan China serta Rusia.
Iraq kembali bergolak. Kelompok perlawanan yang hancur dalam pendudukan AS akan muncul kembali melawan pemerintahan bentukan AS. Kelompok perlawanan tersebut dari berbagai lapisan yang bertujuan menggulingkan pemerintahan bentukan AS.
Afghanistan kembali marak. Kelompok Al-Qaeda dan Taliban akan berjuang bersama-sama mengguling pemerintahan bentukan AS. Setalah itu antara Talbiban dan Al-qaeda akan terlibat “adu jotos” . Kondisi ini jelas memperburuk kawasan Pakistan, Iran, Irak dan Afghanistan sendiri.
Korea Utara jelas beraliansi dengan Suriah.  Menurut Fidel Castro, AS cepat atau lambat pasti akan menyerang Korut. Israel menduga bahwa Korea Utara telah memberikan bantuan penting pada program rudal Iran dan Suriah.
Sikap Mesir kali ini lebih memihak kepada rezim Assad telah membuat opisisi Suriah dan Barat sedikit kuatir dengan Mesir. Baru-baru ini Mesir bahkan telah mengirimkan Dubesnya yang baru untuk Suriah yang memberi pesan secara implisit kepada dunia bahwa mereka mendukung eksistensi dengan Suriah. Hubungan historis penuh damai antara Mesir dan Suriah tidak diragukan lagi.
Libya kembali bergolak dimana pendukung setia Khadafi akan melakukan pembalasan.
Libanon akan membara kembali karena Israel akan menusuk dari Lebanon Utara  untuk melumpuhkan perlawanan dendam melawan Hezbollah. Setelah itu Israel menganeksasi Suriah dengan alasan mengurangi determinasi Iran di kawasan tersebut.
Organisasi Al-Qaeda disusupkan ke Suriah untuk melakukan sabotase dan serangan terhadap legiun Iran dan Rusia.
Perancis akan melakukan peran penting di Suriah terutama sekali adalah corong AS dalam memberitakan informasi dan menciptakan kondisi sesuai “strategi khusus” dalam rencana penegakan Demokrasi untuk Suriah.
Negara-negara Arab terpecah karena tekanan dan pengaruh kelompok Ihwanul Muslimin yang meminta dukungan AS dalam mematahkan dominasi penguasa setempat. Demi eksistensi dan terjaminnya kekuasaan mereka, para pemimpin Arab setuju memberikan dukungan kepada Ikhwanul Muslimin dan AS.
Korea Utara dan Korea Selatan terlibat perang terbuka di Laut Kuning. China memainkan peranan pentng membela Korut. Korea Selatan kemungkinan besar akan kewalahan menghadapi tekanan hebat dari Korut dan China.’
Australia menebarkan teror di kawasan Asia Tenggara khususnya dengan Indonesia. Beberapa pulai terluar terpaksa diserahkan dengan alasan menjadi basis militer dan logisitik untuk membantu Korea Selatan dari terkaman China dan Korea Utara.
Melihat fakta dan data di atas, bersiap-siaplah menghadapi PD-3 karena PD-3 memang merupakan skenario yang dibuat oleh AS dalam program New World Order atau One World Goverment disebutkan di atas. Dengan program tersebut dapat dilihat eskalasi militer terjadi mulai dari Mediterania (Libya, Suriah, Lebanon, Iran) sampai ke Laut Cina Selatan (RRC, Korut dan Rusia) telah menjadi target AS untuk mewujudkan pemerintahan satu dunia (Globalisasi) melalui pengaruh politik dengan cara perang.

Sayangnya  tujuan tersebut ternyata hanya menyengsarakan manusia di atas muka bumi akibat penggunaan senjata berteknologi tinggi. Tidak ada yang tersisa untuk dunia setelah itu. Maka tak heran Alber Einsten yang mengetahui persis dampak penggunaan teknologi nuklir untuk bererang hanya bisa memberi analisa singkatnya saja : “Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan dipertarungkan, tetapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan tongkat dan batu.”


Jadi darimanakah awalnya PD-3 itu terjadi? Dari program NWO/ OWG (sebuah proyek dominasi politik dan ekonomi berbasis perang), ataukah karena semakin banyak negara-negara yang menentang kedigdayaan AS NATO dan Sekutu dekatnya?