Selasa, 29 Maret 2011

Tsunami di Jepang


Hari Jum’at 11 Maret 2011, hari Jum’at yang cerah. Setelah menembus pagi, suatu informasi singkat masuk via Metro TV ,  Gempa 6,6 SR melanda Sumbawa Besar, NTB, dan terasakan di Bali. Tapi, gempa itu masih disebut gempa yang tidak  berbahaya karena terjadi di kedalaman lebih dari 500 km.

Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,  Tsunami Warning tidak perlu dikeluarkan BMKG . Meskipun demikian, di situs bmkg.go.id terjadi diskusi menarik mengenai info gempa yang dipublikasikan. Diskusi itu berkenaan dengan pertanyaan : kenapa gempa bumi skala kecil tidak diumumkan,  kata satu tamu di situs bmkg.go.id. Dengan diplomatis, pengurus situs itupun menjelaskan kalau gempa kecil umumnya tidak terlalu berbahaya jadi tidak perlu diumumkan karena bisa  membuat panik  masyarakat.

Itulah potongan informasi gempa di pagi hari Jumat itu. Seusai sholat Jum’at, sekitar pukul 14.00 waktu Indonesia, tiba-tiba muncul info gempa lagi. Kali ini dari Jepang dengan skala magtitude gempa 8,9 SR ! Informasi pun bergulir Tsunami Warning melanda seantero negara-negara pasifik.

Panik pun mulai terjadi, demikian juga di Indonesia bagian timur yang diduga bakal kena imbas gelombang tsunami gempa Jepang. Di Jepang Tsunami dikabarkan melanda wilayah pantai timur Jepang dan membuat kerusakkan di wilayah pantai sampai kota, dan daerah pertanian. Gempa yang kemudian disebut sebagai Gempa Honshu itu pun menjadi berita buruk yang menyebar luas melalui jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook dengan hashtag #PrayForJapan. Akhirnya berita gempabumi dahsyat yang memunculkan megatsunami itu hadir di setiap rumah menjadi Breaking News Gempa dan Tsunami Jepang.

Gempa tanggal 11 Maret 2011 tersebut merupakan gempa  terburuk sepanjang sejarah Jepang sejak tahun 1900 . Menurut US Geological Survey (USGS), gempa ini telah memindahkan pulau utama Jepang sejauh 2,4 meter dan me mengalihkan bumi dari porosnya. Kenneth Hudnut, seorang ahli geofisika dengan US Geological Survey (USGS) menyebutkan bahwa “Pada titik ini, kita tahu bahwa salah satu stasiun GPS pindah sejauh 8 kaki (2,4 meter), dan kita telah melihat peta dari GSI (Geospatial Information Authority) di Jepang menunjukkan pola pergeseran atas area yang luas konsisten dengan pergeseran di daratan”.

Laporan dari National Institute of Geophysics and Volcanology di Italia memperkirakan gempa berkekuatan 8,9 pada skala Ritchter telah menggeser bumi  pada porosnya dengan hampir 4 inci (10 cm).

Gempa kali ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah Jepang dengan mengantarkan gelombang tsunami melintasi Samudera Pasifik, memicu peringatan tsunami untuk 50 negarahingga pantai barat Kanada, Amerika Serikat, dan Chile. Gempa tanggal 11 Maret 2011  memicu lebih dari 160 gempa susulan dalam 24 jam pertama – 141 berkekuatan 5,0 skala Richter atau lebih.

Gempa itu terjadi akibat kerak bumi pecah di sepanjang wilayah seluas 64 ribu km persegi  karena lempeng tektonik tergelincir lebih dari 18 meter, kata Shengzao Chen, seorang ahli geofisika USGS.

Jepang terletak di sepanjang “cincin api” Pacific, area aktivitas seismik dan vulkanik yang tinggi, yang  membentang dari Selandia Baru di Pasifik Selatan, melalui Jepang, menyeberang ke Alaska dan ke pantai barat Utara dan Amerika Selatan. Gempa itu “ratusan kali lebih besar” dari gempa tahun 2010 yang melanda Haiti, kata Jim Gaherty dari LaMont-Doherty Earth Observatory di Columbia University.

Gempa Jepang mempunyai kekuatan mirip  dengan gempa bumi Aceh 26 Desember 2004 di Indonesia yang memicu tsunami . Gempa Aceh menewaskan lebih dari 200 ribu orang di lebih dari selusin negara di sekitar Samudera Hindia. “Tsunami itu dikirim kira-kira sebanding dalam hal ukuran,” kata Gaherty.

Gempa Jepang datang hanya beberapa minggu setelah gempa 6,3 SR melanda Christchurch pada tanggal 22 Februari, menumbangkan bangunan bersejarah dan menewaskan lebih dari 150 orang. Jangka waktu dari dua gempa telah menimbulkan pertanyaan apakah kedua insiden terkait?