Rabu, 11 Juli 2012

Buku “The Logical Of Simple
Kebenaran Islam Menurut Mantan Pendeta”


Karangan DR. Muhammad Yahya Waloni

Saya menjual buku tersebut berdasarkan jumlah pemesanan.
Silahkan isi daftar antri pada kolom komentar, sertakan nama, alamat, e-mail dan no yang bisa dihub.

Terima kasih

Jumat, 29 Juni 2012

Cara Ampuh Membuka Situs Diblokir


Cara membuka situs diblokir ...
1. Download Hide IP easy bersama cracknya
2. Instal Program Hide IP easy dengan benar.
3. Jalankan Program Hide IP Easy.
4. Pilih IP negara yang tersedia.

Setelah keempat langkah di jalankan, sekarang anda dapat membuka situs diblokir atau situs lainnya.
Semoga tips ini dapat berguna ....

Bukan untuk disalahgunakan.

Senin, 04 Juni 2012

Pidato Hasyim Muzadi



Baru-baru ini beredar pidato menghebohkan dari mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi melalui pesan berantai BlackBerry Messenger (BBM) dan media sosial.

Bagi umat Muslim yang komitmen dengan syariat Islam, pidato Hasyim Muzadi itu adalah pidato yang brilian dan patut mendapat acungan jempol. Namun, bagi kalangan liberal dan pihak-pihak yang “memusuhi” Islam, pidato itu dianggap “radikal.” 

Seperti apa pidato yang menghebohkan itu? Berikut isi pidato Hasyim Muzadi yang juga Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) dan Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) tentang tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia oleh Sidang PBB di Jeneva :

"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia.

Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah AHMADIYAH, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam.

Kalau yang jadi ukuran adalah GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional & dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai.

Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu melakukan mediasi.

Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?

Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenapa TNI / Polri / Imam Masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM? Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan Jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama, karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis ?!

Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekedar Weternisme".


Jumat, 20 April 2012

Cara Membagi File Berukuran Besar Dengan Winrar


Saya akan memberikan tips untuk membagi file yang berukuran besar itu menjadi file-file yang berukuran kecil sehingga kita dapat mentransfernya dengan mudah.
Bila anda punya Winrar maka anda dapat menggunkan kelebihan dari WinRar..karena winrar memliki kemampuan “Split to Volumes”…Split to volume adalah kemampuan Winrar untuk membagi file berukuran besar menjadi file berukuran kecil.

Caranya adalah sebagai berikut :
1.Pilih File yang akan di bagi.
2.Klik kanan mouse pilih “add to archive”.
3.Akan tampil “archive and parameter”.
4.File dapat berbentuk Rar atau Zip dengan memilih pada  “Archive format”.
5.Pada bagian bawah ada kolom “Split to volume, bytes”, masukan berapa ukuran file yang akan diperkecil.
6.Klik OK.

Selamat file anda yang berukuran besar sekarang telah menjadi file-file yang berukuran kecil.
Untuk mengekstrak tinggal klik aja file tersebut, tetapi ingat jangan sampai satupun file tertinggal karena proses ekstraksi tidak akan berjalan bila salah satu file hilang.
Selamat mencoba dan semoga sukses

Senin, 16 April 2012

Jejak CIA di Indonesia


Diskursus tentang CIA dan peranannya dalam perjalanan sejarah bangsa ini kembali mengemuka ketika buku Tim Werner berjudul “Legacy of Ashes” diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan menyinggung tentang direkrutnya Adam Malik menjadi agen CIA. Polemik pun merebak. Ada yang percaya, ada yang tidak. Dan seperti juga kasus lainnya di negeri ini, kontroversi itu pun segera menguap, berakhir tanpa ending yang jelas. Fakta inilah yang membuat banyak orang luar menyebut bangsa ini memiliki memori yang amat pendek.

Di sini Kami tidak secara khusus menyoroti polemik tersebut, namun Kami akan mencoba untuk menelusuri jejak-jejak CIA di dalam merecoki perjalanan sejarah Indonesia sampai kini. Semoga apa yang Kami paparkan bisa menambah wawasan dan meningkatkan kewaspadaan kita semua. Amien.

Negasi Komunisme

Kemenangan kaum komunis dalam Revolusi Merah Oktober 1917 telah mencemaskan AS. Sejak itu pula, AS merancang satu strategi untuk menghancurkan Rusia. “Tanggal 8 Januari 1918, Presiden AS Woodrow Wilson mengumumkan Program 14 Pasal. Dalam suatu komentar rahasia mengenai program ini, Wilson mengakui jika usaha menghancurkan dan mencerai-beraikan Soviet Uni sudah direncanakan.” (Vsyemirnaya Istoria 1961, VIII:82). Dan kita tahu, baru pada tahun 1992 Soviet hancur.

Rencana Wilson saat itu tidak bekerja dengan efektif disebabkan fokus kerja intelijen yang kurang, depresi besar 1930, dan Perang Dunia I dan II. Barulah usai Perang Dunia II AS sungguh-sungguh menyadari betapa Soviet harus dihadapi dengan serius.

Truman Doctrine untuk mengepung penyebaran komunisme dikeluarkan pada 1947. Disusul dengan Marshall Plan tahun berikutnya guna membangun kembali Eropa dari puing-puing akibat PD II. Indonesia (istilah dulu “Hindia Belanda”) merupakan satu-satunya wilayah koloni Eropa yang dicakup dalam rencana dasar Marshall Plan. Akibatnya, bantuan keuangan AS kepada Belanda menyebabkan Den Hag mampu untuk memperkuat genggamannya atas Indonesia. Belanda melancarkan embargo ekonomi terhadap pemerintah RI yang berpusat di Yogya kala itu.

Bukan itu saja, Washington juga secara rahasia ikut membantu militer Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. “Ketika tentara kerajaan Belanda kembali datang ke Jawa dan Sumatera pada musim semi 1946, banyak serdadu Belanda mengenakan seragam marinir AS dan mengendarai jeep Angkatan Darat AS.” (Gouda & Zaalberg: Indonesia Merdeka Karena Amerika?, Politik Luar Negeri AS dan Nasionalisme Indonesia 1920-1949; 2008). Bahkan AS diyakini turut membantu Belanda dalam serangan militer Belanda II atas Yogya pada 18 Desember 1948 (Dorling & Lee; Australia and Indonesia’s Independence vol.2: The Renville Agreement: 1996).

Perhatian AS terhadap Indonesia sangat besar sejak sebelum Perang Dunia II disebabkan letaknya yang sangat strategis dan kandungan kekayaan alam yang luar biasa. Sebab itu, menjadikan Indonesia sebagai “wilayah yang bersahabat” dipandang sangat penting bagi AS. George F. Kennan, Direktur Policy Planning Staff (PPS), pernah berkata kepada Menteri Luar Negeri AS George C. Marshall pada 17 Desember 1948, “Persoalan paling penting dalam pergulatan kita dengan Kremlin sekarang adalah persoalan Indonesia.” (Gouda & Zaalberg; p.35).

Guna membendung pengaruh komunisme Soviet di Eropa maka AS mendirikan North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada 4 April 1949. Tanggal 1 Oktober 1949 RRC komunis di bawah Mao Tse Tung berdiri. Perang Korea (1950) memaksa tentara AS yang di bawah panji PBB berhadapan langsung melawan tentara RRC yang membantu Korea Utara. Hal ini menjadikan AS merasa perlu untuk mendirikan Southeast Asia Treaty Organization (SEATO). Kian jelas, NATO dimaksudkan sebaga politik pembendungan terhadap Uni Soviet, sedangkan SEATO ditujukan sebagai politik pembendungan terhadap RRC (Soebadio; Hubungan Indonesia Amerika Dasawarsa ke II Tahun 1955-1965; 2005). Di penghujung 1950, RRC dan Uni Soviet menjalin hubungan yang erat. Ini kian mencemaskan AS yang bernafsu menciptakan dunia sebagai pasar bebas yang besar bagi dirinya, dan juga penguasaan atas wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya alam seperti Indonesia. Sebab itu, Menlu AS Dean Acheson di penghujung 1950 merumuskan kebijakan politik luar negeri AS untuk Asia Pasific. AS menjalin perjanjian dengan sejumlah negara di wilayah tersebut.

Pada 8 September 1951, As mendirikan pangkalan militer di Okinawa-Jepang, Pangkalan Clark & Subic di Philipina berdiri pada 30 Agustus 1951, ANZUS (Australia, New Zealand, and United States) berdiri pada 1 September 1951, Korea Selatan pada 1 Oktober 1953, dan Taiwan pada 2 Desember 1954 (Brown; American Security Policy in Asia; Adelphi Papers 132; 1977)

Semua perkembangan global di atas telah dipelajari dengan seksama oleh Soekarno yang sejak muda gandrung pada persatuan Indonesia yang merdeka, berdaulat secara politik dan ekonomi, dan mandiri. Soekarno tahu jika negerinya ini menyimpan kekayaan alam yang luar biasa. Sebab itu dia sungguh-sungguh paham jika suatu hari Indonesia akan mampu untuk tumbuh menjadi sebuah negeri yang besar dan makmur. Sikap Soekarno inilah yang membuatnya menentang segala bentuk Neo Kolonialisme dan Imperialisme (Nekolim) di mana AS menjadi panglimanya.

Dalam pandangan Soekarno, Soviet lebih bisa dipercaya ketimbang AS karena Soviet belum pernah menjadi negara kolonial di luar negeri, sebaliknya Inggris dan Perancis adalah bekas negara-negara kolonial yang bersekutu dengan AS (Soebadio: p.42). Sebab itu, Indonesia menentang usaha AS menjadikan negara-negara Asia Pasifik sebagai bonekanya (dengan mendirikan pangkalan militer di wilayahnya masing-masing) dan menjalin kerjasama dengan Soviet dalam kedudukan yang setara. Apalagi Soekarno tahu jika AS membantu Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Hal ini menjadikan AS bernafsu untuk menumbangkan segera Soekarno.


7 Desember 1957, Panglima Operasi AL-AS Laksamana Arleigh Burke memerintahkan Panglima Armada ke-7 (Pacific) Laksamana Felix Stump menggerakkan kekuatan AL-AS yang berbasis di Teluk Subic untuk merapat ke Indonesia dengan kecepatan penuh.
Atas sikap keras kepala Soekarno yang tidak mau tunduk pada keinginan AS guna membentuk Pax-Pacific untuk melawan kekuatan komunisme, dan di sisi lain juga berarti menentang tunduk pada sistem kapitalisme yang merupakan induk dari kolonialisme dan imperialisme di mana AS menjadi panglimanya, maka tidak ada jalan lain bagi Amerika untuk menundukkan Soekarno kecuali menyingkirkannya.

Sejak akhir 1940-an, AS sesungguhnya sudah mengamati gerak-gerik dua tokoh PSI bernama Soemitro Djojohadikusumo dan Soedjatmoko yang berasal dari kalangan elit. AS mengetahui jika keduanya menentang sikap Soekarno. Baik Soedjatmoko maupun Sumitro diketahui menyambut baik Marshall Plan. Bahkan Soedjatmoko berkata, “Strategi Marshall Plan untuk Eropa tergantung pada dapat dipergunakannya sumber-sumber alam Asia.” Koko, demikian panggilan Soedjatmoko, bahkan menawarkan suatu model Indonesia yang terbuka untuk bersekutu dengan Barat. Awal 1949, Sumitro di School of Advanced International Studies yang dibiayai Ford Foundation menerangkan jika pihaknya memiliki model sosialisme yang membolehkan dieksploitasinya kekayaan alam Indonesia oleh Barat ditambah dengan sejumlah insentif bagi modal asing (Suroso; Bung Karno, Korban Perang Dingin; 2008.p.301. Lihat juga Weisman dan Djojohadikoesoemo 1949: 9).

David Ransom dalam “Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia: Kuda Troya Baru dari Universitas-Universitas di AS Masuk ke Indonesia” (Ramparts; 1971) menulis:

“Di New York, keduanya dibesarkan oleh satu kelompok yang berhubungan erat dengan apa yang biasa disebut Vietnam Lobby, yang menempatkan Ngo Dinh Diem sebagai Kepala Negara Vietnam yang pro AS. Lobi tersebut, di antaranya ada Norman Thomas, terdiri dari anggota-anggota Komite Kemerdekaan untuk Vietnam dan juga Liga India. Mereka merupakan pelopor Sosialis Kanan (Soska) dunia. “Kita harus berusaha agar usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan AS untuk membentuk pemerintah non-komunis di Asia paska PD II jangan sampai ketahuan ketidakwajarannya”, ujar Robert Delson, anggota Liga yang juga Lawyer di Park Avenue. Delson adalah penasehat hukum untuk Indonesia di AS.”

Orang ini, tulis Ransom, selalu menemani dan membawa Sumitro dan Koko keliling AS dan memperkenalkannya kepada sahabat-sahabatnya di Americans for Democratic Action (ADA) yang juga Soska dan berpengaruh dalam sikap polittik luar negeri AS.

Usai KMB 1949, Sumitro pulang ke Jakarta dan diangkat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri, dan kemudian juga sebagai Menteri Keuangan dan Dekan Fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Sikap Sumitro dan kawan-kawan PSI-nya yang mendukung investasi Belanda di Indonesia merdeka tidak populer di mata rakyat yang nasionalismenya tengah bergelora. Akhirnya pada Pemilu 1955, PSI hanya mendapat suara yang kecil.

Pada 1957, untuk memperkuat perekonomian nasional, Bung Karno mengambil langkah berani dengan menasionalisasi aset-aset milik Belanda. Rakyat mendukung penuh langkah ini. Namun Soemitro dan rekan-rekannya dengan berani menentang Bung Karno dan malah bergabung dengan para pemberontak PRRI/PERMESTA yang didukung penuh CIA. Edisi Koleksi Angkasa berjudul “Dirty War, Mesiu di Balik Skandal Politik dan Obat Bius” (juga buku David Wise & Thomas B. Ross: Pemerintah ‘Bayangan’ Amerika Serikat: 2007) memaparkan keterlibatan CIA dalam peristiwa ini: Dalam waktu bersamaan, November 1957, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno yang dikenal dengan peristiwa Cikini. Bung Karno selamat namun 9 orang tewas dan 45 orang disekelilingnya luka. Pemerintah kala itu mendeteksi jika tindakan makar tersebut didalangi oleh komplotan ektrem kanan yang dimotori Letkol Zulkifli Loebis, pendiri Badan Rahasia Negara Indonesia (BraNI), cikal bakal BIN, dan didukung CIA. Dengan tegas Bung Karno mengatakan jika CIA berada di belakang usaha-usaha pembunuhan terhadap dirinya.

Tudingan Bung Karno terbukti. Dalam satu sesi pertemuan Komite Intelijen Senat AS yang diketuai Senator Frank Church dengan Richard Bissel Jr—mantan wakil Direktur CIA bidang perencanaan operasi—22 tahun kemudian terungkap jika saat itu nama Soekarno memang sudah masuk dalam target operasi Direktur CIA, Allan Dulles.

Dalam operasi mendukung PRRI/PERMESTA, AS menurunkan kekuatan yang tidak main-main. CIA menjadikan Singapura, Filipina (Pangkalan AS Subic & Clark), Taiwan, dan Korea Selatan sebagai pos suplai dan pelatihan bagi pemberontak. Dari Singapura, pejabat Konsulat AS yang berkedudukan di Medan, dengan intensif berkoordinasi dengan Kol. Simbolon, Sumitro, dan Letkol Ventje Soemoeal.

Dalam artikel berjudul “PRRI-PERMESTA, Pemberontakan Para Kolonel” yang ditulis Santoso Purwoadi (Angkasa: Dirty War) dipaparkan jika pada malam hari, 7 Desember 1957, Panglima Operasi AL-AS Laksamana Arleigh Burke memerintahkan Panglima Armada ke-7 (Pacific) Laksamana Felix Stump menggerakkan kekuatan AL-AS yang berbasis di Teluk Subic untuk merapat ke Indonesia dengan kecepatan penuh tanpa boleh berhenti di mana pun. Satu divisi pasukan elit AS, US-Marine, di bawah pengawalan sejumlah kapal penjelajah dan kapal perusak disertakan dalam misi tersebut. Dalih AS, pasukan itu untuk mengamankan instalasi perusahaan minyak AS, Caltex, di Pekanbaru, Riau.

Kepada para pemberontak, selain memberikan ribuan pucuk senjata api dan mesin, lengkap dengan amunisi dan aneka granat, CIA juga mendrop sejumlah alat perang berat seperti meriam artileri, truk-truk pengangkut pasukan, aneka jeep, pesawat tempur dan pembom, dan sebagainya. Bahkan sejumlah pesawat tempur AU-Filipina dan AU-Taiwan seperti pesawat F-51D Mustang, pengebom B-26 Invader, AT-11 Kansan, pesawat transport Beechcraft, pesawat amfibi PBY 5 Catalina dipinjamkan CIA kepada pemberontak. Sebab itulah, pemberontak bisa memiliki angkatan udaranya sendiri yang dinamakan AUREV (AU Revolusioner). Beberapa pilot pesawat tempur tersebut bahkan dikendalikan sendiri oleh personil militer AS, Korea Selatan, Taiwan, dan juga Filipina.


Pesan rahasia CIA kepada para pimpinan PPRI agar sebelum mundur dari Riau mereka meledakkan instalasi kilang minyak Caltex dulu, agar dua batalyon US Marine yang sudah menunggu di perairan Dumai bisa mendarat dan menghantam pasukan Yani, dan setelah itu berencana merangsek ke Jakarta guna menumbangkan Soekarno, sama sekali tidak sempat dilakukan para pemberontak.

Awalnya pemerintah AS membantah keterlibatannya dalam pemberontakan PRRI/PERMESTA. Namun sungguh ironis, tidak sampai tiga pekan setelah Presiden Eisenhower menyatakan hal itu, pada 18 Mei 1958, sebuah pesawat pengebom B-29 milik AS ditembak jatuh oleh sistem penangkis serangan udara Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), setelah pesawat itu membombardir sebuah pasar dan landasan udara Ambon. Sebuah kapal laut milik ALRI juga menjadi korban (Soebadio: Hubungan Indonesia Amerika Dasawarsa ke II Tahun 1955-1965; 2005; h. 73).

“Sejumlah rakyat sipil, yang sedang berada di gereja pada acara Kamis Putih, terbunuh dalam serangan di komunitas Kristen tersebut,” tulis David Wise & Thomas B. Ross dalam “The Invisible Government: Pemerintah Bayangan Amerika Serikat” (2007; h. 180). Pilot tempur pesawat tersebut, Allan Lawrence Pope berhasil ditangkap hidup-hidup.

Awalnya, AS lewat Dubes Howard P. Jones berkilah jika Pope merupakan warganegara AS yang terlibat sebagai tentara bayaran, namun pemerintah RI mendapatkan banyak bukti jika Pope merupakan agen CIA yang sengaja ditugaskan membantu pemberontakan guna menggulingkan Bung Karno.

“Pope bukanlah seorang tentara bayaran. Dia terbang atas perintah CIA, yang secara diam-diam mendukung para pemberontak yang mencoba menggulingkan Soekarno… Dalam konferensi pers di Jakarta, 27 Mei, yang digelar oleh Letkol Herman Pieters, Pemimpin Komando Militer Maluku dan Irian Barat di Ambon, menyatakan… 300 sampai 400 tentara AS, Filipin a, dan nasionalis Cina membantu pemberontakan itu.” (Wise & Rose; h.180)

Atas gertakan AS yang sampai mengerahkan kekuatan dua batayon US Marine dengan Armada ke-7nya ke perairan Riau, Bung Karno sama sekali tidak gentar dan balik mengancam AS agar jangan ikut campur terlalu jauh ke dalam masalah internal NKRI. “AS jangan sampai bermain api dengan Indonesia. Jangan biarkan kekurangpahaman Amerika menyebabkan meletusnya Perang Dunia Ketiga!”

Bung Karno segera mengirim satu pasukan besar di bawah pimpinan Ahmad Yani untuk melibas para pemberontak di Sumatera. Saat itu RRC telah menyiapkan skuadron udaranya serta ribuan tentara regulernya untuk bergerak ke Indonesia guna membantu Soekarno memadamkan pemberontakan yang didukung CIA tersebut, namun Bung Karno menolaknya. “Kekuatan angkatan perang kami masih mampu menghadapi para pemberontak itu,” ujarnya. Dan hal itu terbukti, hanya dalam hitungan jam setelah pasukan Ahmad Yani mendarat di Pekanbaru, Padang, serta Bukit Tinggi—pusat konsentrasi para pemberontak—maka kota-kota penting itu pun direbut tanpa perlawanan yang berarti.

Bahkan pesan rahasia CIA kepada para pimpinan pemberontak agar sebelum mundur dari Riau mereka meledakkan instalasi kilang minyak Caltex dulu, agar dua batalyon US Marine yang sudah menunggu di perairan Dumai bisa mendarat dan menghantam pasukan Yani, dan setelah itu berencana merangsek ke Jakarta guna menumbangkan Soekarno, sama sekali tidak sempat dilakukan para pemberontak. (Edisi Koleksi Angkasa: Dirty War; h.48). Juni 1958, pemberontakan ini berhasil ditumpas.

Sumitro Djojohadikusumo dan sejumlah tokoh yang terlibat pemberontakan melarikan diri ke Singapura dan dari ‘Basis Israel di Asia Tenggara’ itulah, kelompok ini terus menggerogoti kekuasaan Bung Karno dan berusaha agar Indonesia bisa tunduk pada kepentingan kolonialisme dan imperialisme baru (Nekolim) AS.

Walau awalnya AS membantah keterlibatannya, namun setelah tidak akif lagi di Indonesia, mantan Dubes AS Howard P. Jones mengakui jika dirinya tahu jika CIA ada di belakang pemberontakan itu. Hal ini ditegaskan Jones dalam memoarnya “Indonesia: The Possible Dream” (1990; h.145). Upaya CIA menumbangkan Bung Karno selalu menemui kegagalan. Dari membuat film porno “Bung Karno”, sampai dengan upaya pembunuhan dengan berbagai cara. Hal ini menjadikan CIA harus bekerja ekstra keras. Apalagi Bung Karno secara cerdik akhirnya membeli senjata dan peralatan militer ke negara-negara Blok Timur dalam jumlah besar, setelah AS menolak memberikan peralatan militernya. AS tentu tidak ingin Indonesia lebih jauh bersahabat dengan Blok Timur. Sebab itu, setelah gagal mendukung PRRI/PERMESTA, sikap AS jadi lebih lunak terhadap Indonesia.

19 Agustus 1958, AS akhirnya mengeluarkan pengumuman resmi jika pihaknya bersedia menjual senjatanya kepada Indonesia. “Dalam waktu enam bulan, kurang lebih 21 batalyon Indonesia telah diperlengkapi dengan senjata-senjata ringan Amerika,” (Jones; h. 154)

Namun walau di permukaan AS tampak kian melunak, sesungguhnya AS tengah melancarkan ‘operasi dua muka’ terhadap Indonesia. Di permukaan AS ingin terlihat memperbaharui hubungannya dengan Bung Karno, namun diam-diam CIA masih bergerak untuk menumbangkan Bung Karno dan menyiapkan satu pemerintah baru untuk Indonesia yang mau tunduk pada kepentingan Amerika. Ini termuat dalam dokumentasi laporan Hugh S. Cumming, Kepala Kementerian Pertahanan dan CIA, kepada National Security Council (NSC) pada 3 September 1958. (Suroso; Bung Karno Korban Perang Dingin; 2008; h. 331). Senjata-senjata AS banyak yang dikirim kepada Angkatan Darat, dibanding angkatan lainnya dengan pertimbangan dari analisa agen-agen CIA bahwa elemen ini lebih bisa diajak bekerjasama dengan AS ketimbang elemen lainnya. Di sisi lain, CIA juga menggarap satu proyek membangun kelompok elit birokrat baru yang pro-AS yang kini dikenal sebagai ‘Berkeley Mafia’. Sumitro dan Soedjatmoko merupakan tokoh penting dalam kelompok ini. Bahkan di awal tahun 1960-an, tokoh-tokoh Mafia Berkeley ini bisa mengajar di Seskoad dan menjalin komunikasi intens dengan sekelompok perwira Angkatan Darat yang memusuhi Panglima Tertinggi/Presiden Soekarno, yang diantaranya adalah Suharto yang kelak berkuasa setelah Bung Karno ditumbangkan di tahun 1965. (untuk hal ini lebih lanjut silakan baca artikel David Ransom: “Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia, Kuda Troya Baru dari Universitas-Universitas di Amerika Serikat Masuk ke Indonesia”; Ramparts; 1971).


Tumbangnya Soekarno dan naiknya Jenderal Suharto disambut gembira Washingon. Presiden AS Richard M. Nixon sendiri menyebut hal itu sebagai “Terbukanya upeti besar dari Asia”.

Untuk membangun satu kelompok militer—terutama Angkatan Darat—di Indonesia yang ‘baru’ (baca: pro Amerika), AS menyelenggarakan pendidikan militer untuk para perwira Indonesia ini di Fort Leavenworth, Fort Bragg, dan sebagainya. Pada masa antara 1958-1965 jumlah perwira Indonesia yang mendapat pendidikan ini meningkat menjadi 4.000 orang. (Suroso; 2008; h. 373)

Selain militer, AS juga membangun satu kelompok elit birokrat di Universitas-Universitas AS seperti di Berkeley, MIT, Harvard, dan sebagainya, yang dikenal sebagai Mafia Berkeley. Kedua elemen ini binaan AS ini (kelompok perwira AD yang dipimpin Suharto dan kelompok birokrat yang tergabung dalam ‘Mafia Berkeley’ pimpinan Sumitro) kelak berkuasa di Indonesia setelah Soekarno ditumbangkan. Inilah cikal bakal Orde Baru (The New Order). Amerika Serikat sendiri juga dikenal sebagai pemimpin Orde Dunia Baru (The New World Order).

Sejak kegagalan mendukung PRRI/PERMESTA, National Security Council (NSC) lewat CIA terus memantau perkembangan situasi Indonesia secara intens. Sejumlah lembaga-lembaga sipil dan militer AS juga sangat aktif menggodok orang-orang Indonesia yang dipersiapkan duduk di kursi kekuasaan paska Soekarno.

Sebuah memorandum CIA yang dipersiapkan untuk State Department yang dikeluarkan di Washington, 18 September 1964 berjudul Prospek Untuk Aksi Rahasia berisi 18 point, dalam point ke-16 antara lain berbunyi:

…Seberapa jauh kita dapat melakukan usaha memecah PKI dan lebih penting lagi, untuk mengadu PKI melawan elemen non-komunis, khususnya dengan Angkatan Darat? Sampai sejauh mana, bila dimungkinkan, kita harus menyerang Soekarno? Apakah tidak dapat terpikirkan untuk menggerakkan tekanan internal seperti membangkitkan kerusuhan Cina tahun lalu, dan di bawah syarat-syarat tertentu mungkin akan memaksa Angkatan Darat untuk meraih kekuasaan besar guna memulihkan keamanan dan ketertiban? Kita tidak ingin nampak terlalu ambisius dalam hal ini. Tapi jika kita membangun program yang didalamnya terdapat bentuk [kurang dari 1 baris teks sumber tidak dideklasifikasikan] sebagai supplement di dalam perkembangan politik jangka panjang. Penting sekali mengetahui kemana kita akan berjalan dan mampu menuntut kemungkinan segala konsekuensinya dari segala usaha kita. Saat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini adalah sekarang, tidak ada nanti…” (Dokumen CIA: Melacak Penggulingan Soekarno dan Konspirasi G30S 1965; 2007).

Demikianlah. Sudah banyak literatur dan dokumen yang membongkar keterlibatan CIA di dalam peristiwa Oktober 1965, yang pada akhirnya menjatuhkan Soekarno dan menaikkan Jenderal Suharto. Atas nama pembersihan kaum komunis di negeri ini, CIA turut menyumbang daftar nama kematian (The Dead List) yang berisi 5.000 nama tokoh dan kader PKI di Indonesia kepada Jenderal Suharto. Orang yang dijadikan penghubung antara CIA dan Suharto dalam hal ini adalah Adam Malik (lihat tulisan Kathy Kadane, seorang lawyer dan jurnalis State News Service, berjudul “Para Mantan Agen Berkata: CIA Menyusun Daftar Kematian di Indonesia”; Herald Journal, 19 Mei 1990. Artikel yang sama dimuat di San Fransisco Examiner, 20 Mei 1990; di Washington Post, 21 Mei 1990; dan di Boston Globe, 23 Mei 1990). CIA memang memberi daftar kematian sejumlah 5.000 orang, namun fakta di lapangan jauh di atas angka itu. Kol. Sarwo Edhie, Komandan RPKAD saat itu yang memimpin operasi pembersihan ini, terutama di Jawa Tengah dan Timur, menyebut angka tiga juta orang yang berhasil dihabisi. Bukan tokoh PKI saja yang dibunuh, namun juga orang-orang kecil yang tidak tahu apa-apa yang menjadi korban politik kotor konspiratif antara CIA dengan para ‘local army friend’.

Tumbangnya Soekarno dan naiknya Jenderal Suharto disambut gembira Washingon. Presiden AS Richard M. Nixon sendiri menyebut hal itu sebagai “Terbukanya upeti besar dari Asia”. Indonesia memang laksana peti harta karun yang berisi segala kekayaan alam yang luar biasa. Jika oleh Soekarno kunci peti harta karun ini dijaga baik-baik bahkan dilindungi dengan segenap kekuatan yang ada, maka oleh Jenderal Suharto, kunci peti harta karun ini malah digadaikan dengan harga murah kepada Amerika Serikat.

“Salah satu hal yang paling prinsipil dari pergantian kepemimpinan di Indonesia, dari Soekarno ke Suharto adalah bergantinya karakter Indonesia dari sebuah bangsa yang berusaha menerapkan kemandirian berdasarkan kedaulatan dan kemerdekaan, menjadi sebuah bangsa yang bergantung pada kekuatan imperialisme dan kolonialisme Barat,” demikian Suar Suroso (Bung Karno, Korban Perang Dingin; 2008).

Prosesi digadaikannya seluruh kekayaan alam negeri ini kepada jaringan imperialisme dan kolonialisme Barat terjadi di Swiss, November 1967. Jenderal Suharto mengirim sat tim ekonomi dipimpin Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik. Tim ini kelak disebut sebagai Mafia Berkeley, menemui para CEO korporasi multinasional yang dipimpin Rockefeller. Dalam pertemuan inilah tanah Indonesia yang kaya raya dengan bahan tambang dikapling-kapling seenaknya oleh mereka dan dibagikan kepada korporasi-korporasi asing, Freeport antara lain mendapat gunung emas di Irian Barat, demikian pula yang lainnya. Bahkan landasan legal formal untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia pun dirancang di Swiss ini yang kemudian dikenal sebagai UU Penanaman Modal Asing tahun 1967 (John Pilger; The NewRulers of the World). Dan jangan lupa, semua COE korporasi asing tersebut dikuasai oleh jaringan Yahudi Internasional.

Dalam fase awal kekuasaannya, Jenderal Suharto didampingi oleh dua tokoh Orde Baru, sama-sama Amerikanis, yakni Adam Malik dan Sultan Hamengkubuwono IX. Mereka ini dikenal sebagai Triumvirat Orde Baru.

Dalam tulisan berikutnya akan disorot jejak CIA di dalam masa kekuasaan Jenderal Suharto, di mana bukan hanya CIA yang diajak masuk ke Indonesia namun juga nantinya MOSSAD, sebagaimana telah ditulis dengan jelas di dalam Memoirnya Jenderal Soemitro, mantan Pangkopkamtib.


Pada Juli 1966, seorang pejabat CIA, bernama Clarence “Ed” Barbier mendarat di Jakarta. Jabatan resminya adalah Asisten Khusus Duta Besar AS.

David Ransom, di dalam artikel “Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia, Kuda Troya Baru dari Universitas-Universitas di Amerika Serikat Masuk ke Indonesia” (Ramparts; 1971), dengan jujur memaparkan bagaimana AS lewat CIA membangun satu kelompok elit baru guna memimpin satu Indonesia yang tunduk pada kepentingan kekuatan Neo-Imperialisme dan Neo-Kolonialisme Barat. Bahkan sesungguhnya, Amerikalah yang merancang dan menyusun strategi pembangunan nasional negeri ini yang dikenal dengan istilah Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita) lewat satu tim asistensi CIA dan sejumlah think-tank AS yang bekerja di belakang para teknokrat dan birokrat rezim Orde Baru.

Para pejabat pendiri Orde Baru seperti Adam Malik, Sumitro, Soedjatmoko, dan sebagainya memang dikenal amat dekat dengan para pejabat AS, baik yang bekerja di Jakarta maupun Washington. Lewat CIA, AS telah memanfaatkan para pejabat Indonesia anti Soekarno ini untuk memuluskan kepentingannya. Bahkan Tim Werner dalam “Legacy of Ashes: A History of CIA” (2007) menulis jika Adam Malik telah direkrut menjadi agen CIA lewat pengakuan seorang mantan agen CIA bernama McAvoy. Walau yang terakhir ini sempat jadi polemik, namun kedekatan Adam Malik—dan kawan-kawan-dengan para pejabat AS saat itu adalah suatu fakta sejarah.

Pada Juli 1966, seorang pejabat CIA, bernama Clarence “Ed” Barbier mendarat di Jakarta. Jabatan resminya adalah Asisten Khusus Duta Besar AS. “Eufismisme diplomatik ini biasanya dikhususkan bagi Kepala Stasiun CIA yang secara terbuka menyatakan hal ini kepada negara penerima… Dua kepala stasiun sebelumnya tidak diberitahukan secara resmi kepada pemerintah Soekarno dan hanya terdaftar sebagai ‘Sekretaris Pertama/Politik’, suatu jabatan untuk menyamarkan kepala perwakilan ini di antara para diplomat resminya,” tulis Ken Conboy dalam “Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia” (2007; h. 47-48).

Barbier yang fasih Bahasa Jepang dan bekerja pada intelijen AL-AS pada Perang Dunia II sebelumnya bertugas di Pacific. Dari lembaga intel AL-AS, Barbier dipindahkan ke CIA di awal berdirinya dan bertugas mengawasi jalur komunikasi dinas intelijen Vietnam Selatan.

Salah satu operasi rahasia CIA di Indonesia di awal era Orde Baru adalah operasi HABRINK, yang berbasis di Konsulat AS di Surabaya. Saat itu, rezim Suharto ‘menerima’ warisan perlengkapan dan persenjataan perang dari negara-negara Blok Timur seperti Chekoslovakia dan Soviet. Kebetulan, AS tengah berperang di medan tempur Indocina dan menghadapi pihak lawan yang menggunakan peralatan perang seperti yang ada di Indonesia.

“Operasi rahasia yang digelar pada 1967 ini bertujuan untuk mendapatkan detil teknis dan juga contoh barang perlengkapan militer Soviet seperti Rudal SA-2, kapal selam kelas Whiskey, kapal perang jenis Riga, dan pesawat pembom Tu-16. Operasi ini dibuka kepada umum ketika salah seorang pejabat CIA yang terlibat dalam operasi ini, David Henry Bennet, dihukum pada 1980 karena diketahui telah menjual detil operasi ini kepada pihak Soviet. Hal ini berasal dari catatan Bakin Personnel File atau BPF dengan title ‘David Henry Barnett’”, tulis Conboy dalam bukunya (h.57). Clarence Barbier, demikian tulis Conboy, bekerja dengan mulus di Indonesia disebabkan kesamaan agenda antara AS dengan rezim Suharto, yakni memerangi komunisme. Dalam tugasnya, Barbier merekrut sejumlah orang Indonesia, baik militer maupun sipil. Lewat hubungan yang amat baik dengan Kolonel CPM Nicklany Soedardjo, seorang perwira didikan AS (lulusan Fort Gordon, 1961), Barbier berhasil merekrut seorang tokoh Perti (Partai Tarbiyah Indonesia) bernama Suhaimi Munaf, yang oleh Suharto dianggap dekat dengan orang-orang komunis. Suhaimi sendiri pernah ditangkap pada Februari 1967 dengan tuduhan telah melakukan kejahatan politik.

Pada sekitar Agustus 1968, menjelang kebebasan Suhaimi Munaf, Barbier meminta kepada Kol. CPM Nicklany agar melakukan serangkaian tes psikologi terhadap Suhaimi. Hasil tes menunjukkan Suhaimi memiliki mental baja, keras kepala, dan tidak mudah dipengaruhi. Hasil yang sesuai dengan keinginan CIA. Singkat cerita, Munaf berhasil direkrut CIA dan dikirim ke Pulau Buru dengan menyandang nama sandi Friendly/1. Di pulau tempat pembuangan dan penahanan orang-orang komunis ini, Suhaimi mendapat tugas untuk menjalin hubungan lagi dengan kolega kirinya baik yang berada di dalam maupun luar negeri.

“Dengan memanfaatkan simpati atas penahanannya, ia mencari-cari pekerjaan di di kedutaan negara asing komunis… CIA telah menuai sukses awal dengan Friendly/1,” demikian Conboy.

Kerjasama Kol. Nicklany dengan Barbier tidak berhenti di sini saja. Pada awal 1968, Nicklany yang menjabat sebagai Asisten Intelijen Kopkamtib kepada orang-orang terdekatnya menyatakan ingin membentuk satuan tugas kontra intelijen asing, guna menangkap mata-mata asing yang beroperasi di Indonesia. “Mata-mata aing” di sini tentu saja memiliki arti sebagai mata-mata Blok Timur. Karena dengan CIA dan sekutunya, Nicklany malah bekerjasama.

Satuan tugas ini akhirnya terbentuk dengan anggota inti sebanyak enampuluh orang, sepuluh perwira aktif dan sisanya sipil, dan menyandang nama resmi “Satuan Khusus Pelaksana Intelijen” atau Satsus-Pintel, yang kemudian diringkas menjadi “Satuan Khusus Intelijen” atau Satsus-Intel.

Satuan ini mendapatkan dana dari CIA lewat Barbier termasuk gaji personelnya, lalu bantuan kendaraan untuk kegiatan pengamatan (surveilance), biaya sewa rumah-aman (safe house) di Jalan Jatinegara Timur-Jakarta, dan tape recorder mutakhir merk Sony TC-800 serta perangkat penyadap telepon canggih QTC-11. Hingga awal 1970, Satsus-Intel mendapat 16 sepeda motor, 3 sedan Mercedes, 2 Toyota Corolla, 3 Volkswagen, 1 Toyota Jeep, dan 1 Minibus Datsun dengan kaca belakang yang dilapisi penutup agar minibus ini digunakan untuk melakukan pemotretan rahasia. Semuanya dari CIA. (Conboy; h.57).

Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dengan terus terang menyatakan jika pihaknya memang menjalin kerjasama yang erat dengan MOSSAD Israel, CIA, dan juga MI-6 Inggris dalam hal penumpasan komunis. “Dalam hal ini, Pak Sutopo Yuwono, Pak Kharis Suhud, dan Nicklany. Tiga orang ini yang saya izinkan.” (Soemitro, Dari Pangdam Mulawarman Sampai Pangkopkamtib; 1994; h. 251).




Selasa, 03 April 2012

Kumpulan Doa Iftitah Rasulullah S.A.W.


Rasulullah S.A.W. memulakan bacaan sesudah takbir dengan doa-doa yang berbagai macam yang didalamnya mengandung puja-puji kepada Allah SWT.
Rasulullah S.A.W. bersabda : 

Tidaklah sempurna shalat seseorang di antara manusia, sehingga ia bertakbir, memuji Allah dan memuja-Nya serta membaca apa yang mudah baginya dari ayat-ayat Al-Qur’an…. (Abu Dawud dan Al-Hakim dan disahihkan oleh Adz-Dzahabi).   

Diantara doa-doa iftitah yang dibaca Rasulullah  S.A.W.  adalah :

01.
Artinya :
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku, sebagaimana kain putih dibersihkan dari noda. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, dengan salju dan embun. Do’a ini dibaca dalam sholat wajib. (Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).

02.
Artinya :

Allah Maha Besar dengan segala kebesarannya dan segala puji bagi Allah dengan pemberianNya. Maha suci Allah sepanjang pagi dan petang. Aku hadapkan wajahku bagi Tuhan yang mencipta langit dan bumi, dengan keadaan suci lagi berserah diri dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya semata-mata bagi Allah, Tuhan Semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya dan kepadaku diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagiNya dan aku adalah termasuk kedalam golongan orang-orang muslim.

03.
Artinya :
(Aku hadapkan wajahku kepada yang menciptakan semua langit dan bumi ini sebagai orang yang cenderung kepada agama yang hak, lagi menyerah diri kepada Allah. Dan tidaklah aku dari kalangan orang-orang musyrik.

Sesungguhnya solatku, penumpuanku, kehidupanku, matiku adalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagiNya. Dan dengan demikianlah aku telah diperintahkan, dan aku adalah orang yang paling segera menyerah diri kepada Allah.

Ya Allah, Engkaulah Yang Menguasai, tiadalah tuhan melainkan Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzalimi diriku sendiri dan aku mengakui akan dosaku. Maka ampunilah dosa-dosaku kesemuanya. Sesungguhnya tiadalah yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.

Dan berikanlah aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik. Tiadalah yang dapat memberi petunjuk kepada yang paling baiknya melainkan Engkau. Dan hindarkanlah dariku yang buruknya. Tiadalah yang dapat menghindarkan diriku yang buruknya melainkan Engkau.

Di sini aku untuk berkhidmat kepadaMu dan untuk menyenangkan hatiMu. Dan kebaikan itu kesemuanya adalah di dalam tanganMu, dan keburukan itu tiada padaMu. Aku adalah menerusiMu dan kepadaMu. Maha Berkat Engkau dan Maha Tinggi Engkau. Aku memohon keampunan dariMu dan aku bertaubat kepadaMu)

04.
Artinya :
(Allah Maha Besar. Aku hadapkan wajahku kepada yang menciptakan semua langit dan bumi ini sebagai orang yang cenderung kepada agama yang hak, dan tidaklah aku dari kalangan orang-orang musyrik.

Sesungguhnya solatku, penumpuanku, kehidupanku, matiku adalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagiNya. Dan dengan demikianlah aku telah diperintahkan (untuk membuat pengakuan dan percaya), dan aku adalah dari kalangan orang-orang muslim.

Ya Allah, Engkaulah Yang Menguasai, tiadalah Tuhan melainkan Engkau, Maha Mulia Engkau dan Maha Terpuji Engkau)

05.
Artinya :
(Sesungguhnya solatku, penumpuanku, kehidupanku, matiku adalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagiNya. Dan dengan demikianlah aku telah diperintahkan, dan aku adalah orang yang paling segera menyerah diri kepada Allah.

Ya Allah, berikanlah kepadaku kepada amalan-amalan yang paling baik dan akhlak yang paling baik. Tiadalah yang dapat memberi petunjuk kepada yang paling baiknya melainkan Engkau.

Dan peliharakanlah aku dari keburukan amalan dan keburukan akhlak. Tiadalah yang dapat memelihara keburukan keduanya melainkan Engkau)

06.
Artinya :
(Maha Mulia Engkau Ya Allah, dan Maha Terpuji Engkau, dan Maha Berkat namaMu, dan Maha Tinggi KemuliaanMu, dan tiadalah Tuhan selainMu)

07.
Artinya :
(Maha Mulia Engkau Ya Allah, dan Maha Terpuji Engkau, dan Maha Berkat namaMu, dan Maha Tinggi KemuliaanMu, dan tiadalah Tuhan selainMu. Tiada Tuhan melainkan Allah - 3 kali. Allah Maha Besar dengan hebatnya - 3 kali)

08.
Artinya :
(Allah Maha Besar dengan hebatnya. Dan puji-pujian itu adalah bagi Allah dengan bilangan yang banyak. Dan Maha Mulia Allah di pagi hari dan di waktu petang)

09.
Artinya :
(Puji-pujian itu adalah bagi Allah sebagai pujian dengan bilangan yang banyak, yang baik, yang diberkati padanya)

10.
Artinya :
(Ya Allah, kepunyaanMulah puji-pujian itu. Engkau adalah Pengawas segala langit dan bumi dan apa yang ada padanya. Dan kepunyaanMulah puji-pujian itu. Engkau adalah cahaya segala langit dan bumi dan apa yang ada padanya. Dan kepunyaanMulah puji-pujian itu. Engkau adalah Yang Menguasai segala langit dan bumi. Dan kepunyaanMulah puji-pujian itu.

Engkau adalah Al-Hak, dan janjiMu adalah benar, dan pertemuan denganMu adalah benar, dan perkataanMu adalah benar, dan syurga itu adalah benar, dan neraka itu adalah benar, dan para nabi itu adalah benar, dan Muhammad s.a.w. adalah benar, dan hari kiamat itu adalah adalah benar.

Ya Allah, kepadaMulah aku menyerah diri, dan denganMulah aku beriman, dan kepadaMulah aku bertawakal, dan kepadaMulah aku bertaubat serta beralih. Dan keranaMulah aku berbantah, dan kepadaMulah aku berhakim.

Dengan itu, ampunilah aku akan apa yang telah aku lakukan sebelum ini, dan apa yang aku lakukan selepas ini, dan apa yang aku rahsiakan, dan apa yang aku memperlihatkan dengan nyata. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengakhirkan. Tiadalah Tuhan melainkan Engkau - atau tiadalah Tuhan selainMu)

11.
Artinya :
(Ya Allah, Tuhan Jibril, dan Mikail, dan Israfil. Dia menciptakan segala langit dan bumi. Dia mengetahui yang ghaib dan yang dinampakkan. Engkau mengadili hamba-hambaMu tentang apa yang padanya mereka berselisih pendapat.

Berikanlah petunjuk kepadaku dengan izinMu mengapa ia berselisih pendapat daripada yang hak. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada barang siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus)

12.
Artinya :
(Allah Maha Besar-10 kali. Puji-pujian itu bagi Allah-10 kali. Maha Mulia Allah-10 kali. Tiada Tuhan melainkan Allah-10 kali. Aku memohon ampun kepada Allah-10 kali. Ya Allah, ampunilah aku, dan berikanlan petunjuk kepadaku, dan berikanlah rezeki kepadaku, dan jadikanlah aku sihat-10 kali. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung denganMu dari kesusahan pada hari kiamat-10 kali)

13.
Artinya :
(Allah Maha Besar dengan hebatnya. Allah Maha Besar dengan hebatnya. Allah Maha Besar dengan hebatnya. Dan puji-pujian itu adalah bagi Allah dengan bilangan yang banyak. Dan puji-pujian itu adalah bagi Allah dengan bilangan yang banyak. Dan puji-pujian itu adalah bagi Allah dengan bilangan yang banyak. Dan Maha Mulia Allah di pagi hari dan di waktu petang -3 kali)

14.
Artinya :
(Allah Maha Besar-3 kali. Pemilik segala Kuasa memerintah, dan segala keperkasaan, dan segala kebesaran, dan segala keagungan)













Minggu, 04 Maret 2012

Bersiap-siap Menghadapi Perang Dunia III, Sasarannya Iran



Oleh: Michel Chossudovsky



Kemanusiaan berada di persimpangan jalan yang berbahaya. Persiapan perang untuk menyerang Iran berada dalam "keadaan siap-siaga". Sistem Hi-tech termasuk senjata berhulu ledak nuklir dikerahkan sepenuhnya.

 Petualangan militer ini telah digambarkan Pentagon sejak pertengahan tahun 1990-an. Menurut dokumen rahasia 1995 Komando Sentral Amerika Serikat, pertama Irak, berikutnya Iran.

 Eskalasi merupakan bagian daripada agenda militer. Sementara Iran adalah target berikutnya bersama-sama dengan Suriah dan Lebanon, penyebaran militer strategis ini juga mengancam Korea Utara, Cina dan Rusia.

Sejak tahun 2005, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk mitra Amerika, NATO dan Israel, telah terlibat dalam penyebaran luas dan penimbunan sistem senjata mutakhir. Sistem pertahanan udara Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO serta Israel sepenuhnya terintegrasi.

Ini merupakan sebuah upaya terkoordinasi Pentagon, NATO, Israel Defense Force (IDF), dengan keterlibatan militer aktif dari beberapa negara mitra non-NATO termasuk negara-negara Arab garis depan (members of NATO's Mediterranean Dialogue and the Istanbul Cooperation Initiative), antara lain Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, India, Indonesia, Singapura, Australia, (NATO terdiri dari 28 negara anggota NATO dan 21 negara-negara lainnya merupakan negara anggota Euro-Atlantic Partnership Council (EAPC), Dialog Mediterania dan Istanbul Cooperation Initiative termasuk sepuluh negara Arab ditambah Israel.)

Peran Mesir, negara-negara Teluk dan Arab Saudi (dalam aliansi militer yang luas) hubungannya khusus. Mesir mengontrol transit kapal perang dan kapal tanker minyak melalui Terusan Suez. Arab Saudi dan negara-negara Teluk menempati garis pantai Barat di Selatan Teluk Persia, Selat Hormuz dan Teluk Oman. Pada awal Juni, "Dilaporkan Mesir mengizinkan sebuah kapal Israel dan sebelas kapal Amerika Serikat melewati Terusan Suez  .... yang merupakan sinyal jelas kepada Iran ... Pada tanggal 12 Juni, sumber pers daerah melaporkan bahwa Saudi telah memberikan hak kepada Israel untuk terbang di atas wilayah udaranya ... " (Muriel Mirak Weissbach,  Israel’s Insane War on Iran Must Be Prevented., Global Research, July 31, 2010)

Doktrin militer setelah peristiwa serangan 9/11 berupa penyebaran besar-besaran perangkat keras militer yang dijelaskannya sebagai bagian dari apa yang disebut "Perang Global Melawan Terorisme", dengan sasaran organisasi teroris "non-negara"  termasuk al Qaeda dan apa yang disebut sebagai Negara sponsor "terorisme", termasuk Iran, Suriah, Libanon, Sudan.

The setting up of new US military bases, the stockpiling of advanced weapons systems including tactical nuclear weapons, etc. were implemented as part of the pre-emptive defensive military doctrine under the umbrella of the "Global War on Terrorism".

Amerika Serikat membangun pangkalan militer baru, menimbun sistem persenjataan canggih termasuk senjata nuklir taktis, dsb, sudah diimplementasikan sebagai bagian dari doktrin pertahanan militer pre-emptive di bawah payung "Perang Global Melawan Terorisme".

Perang dan Krisis Ekonomi

Implikasi lebih luas dari serangan Amerika Serikat-NATO-Israel terhadap Iran jauh jangkauannya. Perang dan krisis ekonomi sangat terkait erat. Ekonomi perang dibiayai oleh Wall Street, yang berdiri sebagai kreditur pemerintah Amerika Serikat. Produsen senjata Amerika Serikat adalah penerima kontrak pengadaan sistem senjata mutakhir yang bernilai miliaran dolar dari Department Pertahanan Amerika Serikat dengan. Pada gilirannya, "pertempuran untuk minyak" di Timur Tengah dan Asia Tengah secara langsung melayani kepentingan raksasa minyak Anglo-Amerika.

Amerika Serikat dan sekutunya "memukul genderang perang" di puncak depresi ekonomi di seluruh dunia, belum lagi bencana lingkungan paling serius dalam sejarah Dunia. Dalam memutar-balikkan malapetaka yang menyedihkan salah satu pemain utama (BP) dalam permainan geopolitik Timur Tengah - Asia Tengah, yang sebelumnya dikenal sebagai Anglo-Persian Oil Company, adalah penghasut bencana ekologis di Teluk Meksiko.

Media Disinformation

Opini publik dipengaruhi oleh agitasi media yang secara diam-diam mendukung, acuh tak acuh atau berpura-pura bodoh mengenai dampak yang mungkin terjadi, dari apa yang terus-menerus dipropagandakan sebagai sebuah operasi "hukuman" yang khusus diarahkan terhadap fasilitas nuklir Iran, sebaliknya tidak memberitakan sebuah peperangan yang bersifat habis-habisan, termasuk persiapan perang serta penyebaran senjata nuklir yang diprodukasi Amerika Serikat dan Israel. Dalam konteks ini, konsekuensi yang menghancurkan dari perang nuklir apakah memang sengaja tidak disebutkan atau disepelekan.

Menurut media dan pemerintah “krisis nyata" yang sebenarnya mengancam kemanusiaan bukan perang nuklir akan tetapi pemanasan global. Media akan membuat rekayasa krisis walaupun sebenarnya tidak ada krisis: "menakut-nakuti dunia" – dengan pandemi global H1N1 - tapi tidak seorang pun tampak takut terhadap perang nuklir yang disponsori Amerika Serikat.

Rencana perang terhadap Iran disajikan untuk opini publik antara lain sebagai sebuah isu. Hal ini tidak dipandang sebagai sebuah ancaman atas "Tanah Air" seperti dalam kasus pemanasan global. Perang terhadap Iran bukan berita yang pantas dimuat di halaman depan. Fakta bahwa serangan terhadap Iran bisa menimbulkan eskalasi dan berpotensi memicu "perang global" yang tidak terkendali bukanlah masalah yang menjadi perhatian.

Klenik Pembunuhan dan Pembinasaan

Mesin membunuh global juga menyokong klenik yang merupakan bagian penting dalam pembunuhan dan pembinasaan yang disebarkan melalui film-film Hollywood, belum lagi Radio dan TV, perang dan kejahatan serial TV di jaringan televisi. Ilmu klenik pembunuh ini didukung oleh CIA dan Pentagon yang juga mendukung produksi (keuangan) Hollywood sebagai alat propaganda perang.

"Mantan agen CIA Bob Baer mengatakan kepada kami," Ada simbiosis antara CIA dan Hollywood "dan mengungkapkan bahwa mantan direktur CIA, George Tenet sekarang ini," keluar-masuk Hollywood, berbicara dengan orang-orang studio. " (Matthew Alford and Robbie Graham, Lights, Camera… Covert Action: The Deep Politics of Hollywood, Global Research, January 31, 2009)

Mesin pembunuh ini disebarkan pada tingkat global, dalam kerangka struktur komando tempur terpadu. Hal ini secara rutin dikuatkan oleh instansi pemerintah, pemilik media dan birokrat serta intelektual dari the New World Order dan think-tank di Washington serta lembaga penelitian studi strategis sebagai sebuah instrumen yang tidak diragukan lagi dari perdamaian dan kemakmuran global.

Budaya pembunuhan dan kekerasan telah menjadi bagian penting dalam kesadaran manusia.

Perang secara luas diterima sebagai bagian dari proses sosial: Tanah air harus "dibela" dan dilindungi.

"Kekerasan yang dilegitimasi" dan pembunuhan di luar hukum yang ditujukan kepada "teroris" dijunjung tinggi dalam demokrasi barat, sebagai instrumen penting dari keamanan nasional.

A "humanitarian war" is upheld by the so-called international community. It is not condemned as a criminal act. Its main architects are rewarded for their contributions to world peace.

Sebuah "perang kemanusiaan" ditegakkan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai masyarakat internasional. Namun hal ini tidak dikutuk sebagai tindak pidana. Arsitek utamanya dihargai atas kontribusi mereka bagi perdamaian dunia.

Sehubungan dengan Iran, apa yang diungkapkan adalah legitimasi langsung perang atas nama suatu gagasan ilusi keamanan global.

Sebuah "Pre-emptive" berupa serangan udara yang ditujukan terhadap Iran akan mengakibatkan Eskalasi perang.

Saat ini secara terpisah terdapat tiga medan perang Timur Tengah - Asia Tengah: Irak, Afghanistan-Pakistan dan Palestina.

Dimana Iran menjadi objek serangan udara "pre-emptive" oleh pasukan sekutu, maka seluruh kawasan, dari Mediterania Timur ke perbatasan barat Cina dengan Afghanistan dan Pakistan, akan bergejolak, yang secara potensial akan menggiring kita kepada sebuah skenario Perang Dunia III.

Perang juga akan meluas ke Lebanon dan Suriah.

Hal ini sangat tidak mungkin bahwa pemboman, jika mereka laksanakan, hanya akan membatasi terhadap fasilitas nuklir Iran sebagaimana pernyataan resmi yang diklaim oleh Amerika Serikat-NATO. Apa yang lebih mungkin adalah sebuah serangan udara habis-habisan, baik terhadap infrastruktur militer maupun sipil termasuk sistem transportasi, pabrik, gedung-gedung publik.


wwIIImiddleeast


Iran diperkirakan memiliki cadangan minyak dan gas sebesar sepuluh persen, menduduki peringkat ketiga setelah Saudi Arabia (25%) dan Irak (11%) dalam ukuran cadangannya. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki kurang dari 2,8% dari cadangan minyak dunia. Cadangan minyak Amerika Serikat diperkirakan kurang dari 20 milyar barel. Daerah yang lebih luas di Timur Tengah dan Asia Tengah memiliki cadangan minyak lebih dari tiga puluh kali yang dimiliki Amerika Serikat, yang mewakili lebih dari 60% dari total cadangan minyak dunia. (Lihat Waddell Eric, The Battle for Oil, Global Research, Desember 2004).

Signifikansinya adalah penemuan baru-baru ini di Iran mengenai cadangan kedua terbesar yang diketahui berupa gas alam di Soumar dan Halgan dan diperkirakan mencapai 12,4 triliun kubik kaki.

 Penargetan atas Iran unsur utamanya tidak hanya sekedar menyatakan kembali kontrol Anglo-Amerika atas minyak Iran dan gas murah, termasuk juga rute pipa dan   menantang kehadiran pengaruh Cina serta Rusia di kawasan itu.


ww3map2


The planned attack on Iran is part of a coordinated global military road map. It is part of the Pentagon's "long war",  a profit driven war without borders, a project of World domination, a sequence of military operations.
 Serangan yang direncanakan terhadap Iran merupakan bagian dari peta jalan militer global yang terkoordinasi. Ini adalah bagian dari "perang yang berlangsung lama" Pentagon, perang yang didorong oleh keuntungan ekonomi tanpa batas, sebuah proyek dominasi Dunia, yang diwujudkan dalam rangkaian operasi militer.

Perencana militer Amerika Serikat-NATO telah memikirkan berbagai skenario eskalasi militer. Mereka juga menyadari akan implikasi geopolitiknya, yaitu bahwa perang bisa melampaui kawasan Timur Tengah - Asia Tengah. Termasuk dampak ekonomi di pasar minyak serta yang lain-lainnya juga telah dianalisis.

Sementara Iran, Suriah dan Libanon merupakan target langsung, Cina, Rusia, Korea Utara, belum lagi Venezuela dan Kuba juga merupakan tujuan yang di ancam oleh Amerika Serikat.

Taruhannya adalah struktur aliansi militer. Penyebaran militer Amerika Serikat-NATO-Israel termasuk latihan militer dan latihan yang dilakukan di perbatasan Rusia dan Cina segera membuahkan hubungan langsung dengan perang yang diusulkan terhadap Iran. Ancaman terselubung, termasuk pengaturan waktu mereka, merupakan suatu petunjuk yang jelas terhadap kekuasaan semasa era Perang Dingin untuk tidak campur tangan dalam cara apapun yang dapat mengganggu terhadap serangan yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Iran.

Peperangan Global

Tujuan strategis jangka menengah adalah untuk mentargetkan Iran dan menetralisir sekutu Iran, melalui diplomasi kapal perang - gunboat diplomacy. Tujuan militer jangka panjang adalah langsung menargetkan Cina dan Rusia.

Sementara Iran adalah target langsung, penyebaran militer tidak terbatas dilakukan ke Timur Tengah dan Asia Tengah. Agenda militer global telah dirumuskan.

Penggelaran pasukan koalisi dan sistem persenjataan maju oleh Amerika Serikat, NATO dan mitra-mitranya yang berlangsung secara bersamaan di seluruh wilayah utama Dunia.

Tindakan militer Amerika Serikat baru-baru ini di lepas pantai Korea Utara termasuk melakukan permainan perang-perangan adalah bagian dari desain global.

Diarahkan terutama terhadap Rusia dan Cina, Amerika Serikat, sekutu NATO dan latihan militer, latihan perang, penyebaran senjata, dll sedang dilakukan secara simultan di hotspot geopolitik utama.

-Semenanjung Korea, Laut Jepang, Selat Taiwan, Laut Cina Selatan mengancam Cina.

-Penggelaran rudal Patriot di Polandia, pusat peringatan dini di Republik Ceko mengancam Rusia.

-Penyebaran Angkatan Laut di Bulgaria, Rumania di Laut Hitam, mengancam Rusia.

- Penyebaran pasukan Amerika Serikat  dan NATO di Georgia.

- Penyebaran angkatan laut yang tangguh di Teluk Persia termasuk kapal selam Israel diarahkan terhadap Iran.

Serentak di Timur Mediterania, Laut Hitam, Karibia, Amerika Tengah dan wilayah Andean di Amerika Selatan adalah wilayah-wilayah yang sedang berlangsung militerisasi. Di Amerika Latin dan Karibia, ancaman diarahkan terhadap Venezuela dan Kuba.

“Bantuan Militer” Amerika Serikat

Pada gilirannya, senjata berskala besar telah ditransfer dilakukan di bawah bendera "bantuan militer" Amerika Serikat ke negara-negara yang terpilih, termasuk kesepakatan persenjataan sebesar 5 miliar dolar dengan India yang dimaksudkan  untuk membangun kemampuan militer India yang diarahkan terhadap Cina. (Huge U.S.-India Arms Deal To Contain China, Global Times, July 13, 2010).

"Penjualan senjata akan meningkatkan hubungan antara Washington dengan New Delhi, dan disengaja atau tidak, akan memiliki efek yang menahan terhadap pengaruh China di wilayah tersebut." Dikutip dalam Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010)

Amerika Serikat memiliki perjanjian kerjasama militer dengan sejumlah negara-negara Asia Tenggara, termasuk Singapura, Vietnam dan Indonesia, meliputi  "bantuan militer" serta partisipasi dalam latihan perang pimpinan Amerika di Pacific Rim (Juli-Agustus 2010). Perjanjian ini mendukung penyebaran senjata yang ditujukan terhadap Republik Rakyat Cina. (Lihat Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010).

Demikian pula dan lebih langsung berkaitan dengan serangan yang direncanakan terhadap Iran, Amerika Serikat mempersenjatai negara-negara Teluk (Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab) dengan rudal pencegat darat, Patriot Advanced Capability-3 dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) serta yang berpangkalan di laut yaitu pencegat Rudal Standar-3 yang terpasang pada kapal perang kelas Aegis di Teluk Persia. (Lihat Rozoff Rick, NATO’s Role In The Military Encirclement Of Iran, Global Research, February 10, 2010).

Jadwal Penimbunan dan Penyebaran Militer

Apa yang penting dalam hal transfer senjata Amerika Serikat ke negara-negara mitra dan sekutunya adalah pemilihan waktu saat pengiriman dan penyebarannya. Melancarkan operasi militer yang disponsori Amerika Serikat biasanya akan dilakukan setelah sistem persenjataan ini berada di tempat, dengan efektif dikerahkan  melalui pelaksanaan pelatihan personil. (India e.g).

Apa yang kita pahami adalah desain militer global yang teliti dan terkoordinasi yang dikontrol oleh Pentagon, melibatkan angkatan bersenjata gabungan lebih dari empat puluh negara. Ini merupakan penyebaran militer multinasional global, dan sejauh ini merupakan pertunjukkan terbesar sistem senjata mutakhir dalam sejarah Dunia.

Pada gilirannya, Amerika Serikat dan sekutunya telah mendirikan pangkalan militer baru di berbagai belahan dunia. "Permukaan Bumi Disusun sebagai sebuah Medan Perang yang Luas - The Surface of the Earth is Structured as a Wide Battlefield". (See Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007).

The Unified Command susunannya dibagi menjadi Combatant Command geografis berdasarkan pada strategi militerisasi tingkat global. "Militer Amerika Serikat memiliki pangkalan di 63 negara. Pangkalan militer baru telah dibangun sejak 11 September 2001 di tujuh negara. Secara total terdapat 255.065 personel militer Amerika Serikat yang ditempatkan di seluruh dunia." (Lihat Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007


unified-command_world-map1
Source: DefenseLINK-Unified Command Plan

Skenario Perang Dunia III

"Tanggung Jawab Wilayah Komandan Dunia" (Lihat peta di atas) mendefinisikan rancangan militer global Pentagon, yang merupakan salah satu penaklukan Dunia. Penyebaran militer ini terjadi di beberapa wilayah secara bersamaan di bawah koordinasi Komando regional Amerika Serikat, yang melibatkan penimbunan sistem persenjataan buatan Amerika Serikat oleh pasukan Amerika Serikat dan negara-negara mitra, beberapa di antaranya mantan musuh, termasuk Vietnam dan Jepang.

Keadaan sekarang ditandai dengan pembangunan militer global yang dikontrol oleh sebuah negara adidaya Dunia, yang menggunakan banyak sekutunya untuk memicu perang regional.

Sebaliknya, sewaktu terjadi Perang Dunia Kedua merupakan gabungan yang terpisah dari medan perang regional. Mengingat teknologi komunikasi dan sistem senjata tahun 1940-an, belum ada strategi yang koordinasi selama “waktu aktual proses berlangsung” dalam aksi militer  antara wilayah geografis yang luas.

Perang global didasarkan pada penyebaran terkoordinasi kekuatan militer tunggal dominan, yang mengawasi tindakan sekutu-sekutu dan mitranya.

Dengan pengecualian Hiroshima dan Nagasaki, Perang Dunia Kedua ditandai dengan penggunaan senjata konvensional. Perencanaan perang global bergantung pada militerisasi ruang angkasa. Apakah perang yang diarahkan terhadap Iran yang akan diluncurkan tidak hanya akan menggunakan senjata nuklir, tapi juga seluruh gamut baru sistem persenjataan canggih, termasuk senjata elektrometrik dan teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) akan digunakan.

Dewan Keamanan PBB

Dewan Keamanan PBB pada awal Juni mengadopsi putaran keempat sanksi sweeping terhadap Republik Islam Iran, termasuk embargo senjata yang diperluas dan juga "kontrol keuangan yang lebih ketat". Hal tersebut merupakan sebuah ironi yang pahit, karena resolusi ini disahkan oleh Dewan Keamanan PBB yang dalam beberapa hari sebelumnya secara tegas Dewan Keamanan PBB menolak untuk mengadopsi sebuah mosi yang mengutuk Israel atas serangannya terhadap Freedom Flotilla di Gaza, armada di perairan internasional.

Baik Cina maupun Rusia, ditekan oleh Amerika Serikat, yang telah mendukung sanksi DK PBB yang merugikan mereka. Keputusan mereka dalam DK PBB berkontribusi melemahkan aliansi militer mereka, yaitu organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), di mana Iran memiliki status pengamat. Resolusi Dewan Keamanan membekukan kerjasama militer bilateral masing-masing China dan Rusia dan perjanjian dagang dengan Iran. Hal ini berakibat serius pada sistem pertahanan udara Iran yang sebagian bergantung pada teknologi dan keahlian Rusia.

Resolusi Dewan Keamanan memberi "lampu hijau" secara de facto untuk melancarkan perang pre-emptive terhadap Iran.

Inquisi Amerika: Membangun Sebuah Konsensus Politik Untuk Perang

Secara serempak media Barat telah mencap Iran sebagai ancaman terhadap keamanan global mengingat dugaan (tidak ada) program senjata nuklir. Bergemanya pernyataan resmi, media kini menuntut pelaksanaan hukuman pemboman yang diarahkan terhadap Iran dalam rangka menjaga keamanan Israel.

Media Barat memukul genderang perang. Tujuannya adalah untuk menanamkan secara diam-diam, melalui pengulangan laporan media,  yang menurut kesadaran batin orang sampai memuakkan, karena semata-mata berdasarkan dugaan bahwa ancaman Iran adalah nyata dan bahwa Republik Islam harus "dihancurkan".

Dalam membangun sebuah konsensus proses untuk berperang mirip dengan inkuisisi Spanyol. Hal ini mengharuskan dan menuntut ketundukkan terhadap gagasan bahwa perang adalah usaha kemanusiaan.

Dikenal dan didokumentasikan, ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel, sekalipun demikian relitasnya dalam lingkungan inquisitorial adalah terbalik: para penghasut perang berkomitmen untuk perdamaian, para korban perang diperkenalkan sebagai tokoh utama perang. Padahal pada tahun 2006, hampir dua pertiga orang Amerika menentang tindakan militer terhadap Iran, baru-baru ini jajak pendapat Reuter-Zogby pada Februari 2010 menunjukkan bahwa 56% orang Amerika mendukung aksi militer Amerika Serikat-NATO terhadap Iran.

Membangun sebuah konsensus politik yang didasarkan pada sesuatu yang sama sekali bohong, bagaimanapun juga hanya mengandalkan posisi resmi mereka yang merupakan sumber kebohongan.

Gerakan anti-perang di Amerika Serikat, yang sebagian telah diinfiltrasi dan dikooptasi, berasumsi pada posisi yang lemah berkaitan dengan Iran. Gerakan antiperang terpecah. Penekanannya hanya terhadap perang yang telah terjadi (Afghanistan, Irak) daripada tegas menentang perang yang sedang dipersiapkan dan yang saat ini dirancang  Pentagon. Sejak pelantikan pemerintahan Obama, gerakan antiperang telah kehilangan beberapa daya pendorongnya.

Selain itu, mereka yang aktif menentang perang di Afghanistan dan Irak, tidak  menentang pelaksanaan "pemboman hukuman" yang diarahkan kepada Iran, juga tidak mengkategorikan pengeboman tersebut sebagai tindakan perang yang berpotensi bisa menjadi awal Perang Dunia III.

Skala protes anti-perang dalam kaitannya dengan Iran sangat minim dibandingkan dengan demonstrasi rakyat yang mendahului pemboman dan invasi Irak tahun 2003.

Ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel.

Operasi Iran tidak ditentang di arena diplomatik oleh Cina dan Rusia, mendapat dukungan dari pemerintah negara-negara Arab garis depan yang terintegrasikan ke dalam NATO yang disponsori dialog Mediterania. Hal ini juga mendapat dukungan diam-diam opini publik Barat.

Kami menyerukan kepada orang-orang di seluruh wilayah Amerika, Eropa Barat, Israel, Turki dan di seluruh dunia untuk bangkit menentang rencana militer, melawan pemerintah mereka yang mendukung tindakan militer terhadap Iran, terhadap media yang berfungsi untuk menutupi implikasi menghancurkan dari perang terhadap Iran.

Agenda militer mendukung keuntungan yang mendorong merusak sistem ekonomi global yang memiskinkan kawasan besar penduduk dunia.

Perang ini kegilaan belaka.

Perang Dunia III adalah terminal. Albert Einstein memahami bahaya perang nuklir dan kepunahan kehidupan di bumi, yang telah dimulai dengan kontaminasi radioaktif yang dihasilkan depleted uranium. "Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan dipertarungkan, tetapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan tongkat dan batu."

Media, kaum intelektual, para ilmuwan dan para politisi, serempak, mengaburkan kebenaran yang tidak diceriterakan, bahwa perang dengan menggunakan hulu ledak nuklir akan menghancurkan kemanusiaan, dan bahwa proses keaneka-ragaman  kerusakan yang secara bertahap telah dimulai.

Ketika kebohongan menjadi kebenaran maka tidak akan berbalik kembali.

Ketika perang ditegakkan sebagai upaya kemanusiaan, Keadilan dan seluruh sistem hukum internasional terbalik: maka pasifisme dan gerakan antiperang dianggap kriminal. Menentang perang menjadi tindak pidana.

Kebohongan harus disingkapkan untuk apa itu dan apa yang dilakukannya. Ini sanksi pembunuhan tanpa pandang bulu pria, wanita dan anak-anak.

Ia bisa menghancurkan keluarga dan masyarakat. Ia bisa menghancurkan komitmen masyarakat terhadap sesama manusia.

Perang mencegah orang untuk mengekspresikan solidaritasnya kepada mereka yang menderita. Menjunjung tinggi perang dan negara polisi hanya satu-satunya jalan.

Ia menghancurkan baik nasionalisme maupun internasionalisme.

Menghentikan kebohongan berarti menghentikan proyek kejahatan kehancuran global, di mana pencarian keuntungan yang merupakan kekuatan utamanya.

Keuntungan yang mendorong agenda militer ini akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan mengubah orang tidak sadar menjadi zombie.

Mari Kita Membalikkan Arus.

Menentang  penjahat perang yang berkedudukan tinggi dan termasuk kelompok pelobi yang kuat yang mendukung mereka.

Pecahkan inkuisisi Amerika.

Rusak usaha perang pembasmian militer Amerika Serikat-NATO-Israel.

Tutup pabrik-pabrik senjata dan pangkalan militer.

Bawa pulang pasukan.

Personel angkatan bersenjata harus menentang perintah dan menolak untuk berpartisipasi dalam perang kriminal.